DH. Ismail Sitanggang, M.Si, Direktur Visi Aulia Jaya Group, perusahaan yg bergerak di bidang Penerbitan, Percetakan, Event Organizer & Konsultan bisnis. Mantan Ketua Bid. Promosi Kader HMI cabang Ciputat, Ketua Dewan Predium Formasi, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, DPP BISMA dan pengurus KAHMI, kini dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan Majalah CSR Review, pengurus CFCD DKI Jakarta, BKKKS Jakarta. Selain aktif mengurusi bisnis dan beragam organisasi yang diikutinya, ia juga mulai menekuni karir di bidang training motivasi dan tulis menulis. Suami dari Tety Muhithoh-Mahasiswi Pasca Sarjana UI- ini telah menulis 7 buku & puluhan buku lainnya yang ditulis bersama tim Visi Aulia Jaya dan rekan-rekan bisnisnya. Menurut Pengagum KH. Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William ini, Indonesia akan sejahtera bila banyak pengusahanya. Untuk obsesi tersebut kini ayah tiga putra ini bersama timnya sedang bekerja keras membangun sekolah bisnis bagi tunas wirausaha muda dan UMKM. Yuk bersinergi membangun Indonesia Jaya. Kalau bukan kita siapa lagi...



Rabu, 15 Desember 2010

" Mantra" Sukses itu adalah Melakukan Hal biasa, dengan Cara Luar Biasa

Menjadi bahagia dan sukses adalah impian setiap orang. Saya percaya itu. Saya sudah riset di internet. Terbukti kata ” bahagia” dan kata ” sukses” adalah dua kata terbanyak  yang di klik/dicari orang.  Sayang kesukaan banyak orang terhadap kedua kata tersebut,  tidak beriringan dengan fakta kehidupan nyata hari  ini .

Sekedar memberikan contoh.  Dalam buku  Tung Desem Waringin Financial revolution, dijelaskan umumnya  70 - 90% uang beredar di bumi ini hanya dikuasai oleh 5% orang Kaya.  Sisanya yakni 10% sumber daya kekayaan dunia harus dibagi oleh 90 % orang.  Ironisnya, bila kekayaan dunia dibagi rata kepada setiap orang dalam jumlah yang sama, dalam waktu lima tahun kemudian, komposisi kekayaan akan kembali seperti sedia kala, ha,,ha,,,ha.

Tentu data statistik tersebut, akurasinya boleh  dipertanyakan. Tetapi sebagai sebuah perbandingan, cukup masuk akal-karena faktanya dilingkungan kita pola perbandingan kaya - miskin, terdidik dan  tidak terdidik juga tak jauh dari pola tersebut . So, tak usah fokus pada perdebatan angka ini. Tapi mari kita analisis  substansi masalahnya. Kenapa bisa kesenjangan kesuksesan bisa demikian menganga?

Dalam buku rahasia sukses para juara, kami  juga menemukan beberapa data penting, yang menjadi pembeda orang sukses dan orang biasa. Yaitu bahwa umumnya orang sukses dan kaya itu adalah manusia biasa dengan etos kerja luar biasa. etos kerja luar biasa merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan sekaligus menjadi benang merah dalam setiap kesuksesan dalam profesi manapun.

Mari kita lihat pengejawahtaran rahasia sukses diatas dalam konteks dunia tulis menulis. Kebetulan, minggu-minggu terakhir ini, kami sedang belajar tentang cara paling sederhana mengajarkan teknik menulis dan mengelola media untuk konsumen kami di Kalimantan.  Tanggung jawab baru tersebut membuat kami harus  belajar dari banyak ahli.

Luar biasa, dari penelusuran berbagai literatur baik internet maupun buku-buku, hingga detik ini ( proses penulis bahan presentasi sdh nyaris mendekati 3 Minggu ) tidak menemukan rumusan paling sederhana dalam mengajarkan ilmu dan keterampilan tersebut.  Aneh, pikir penulis. Dunia ini sdh punya ratusan juta penulis, dan terdapat ratusan ribu media, kok rahasia ini belum juga dipublikasikan.

Nah, dari kegagalan menemukan rumusan smart dan sederhana tentang metode pengajaran jurnalistik tersebut, memotivasi kami  untuk memikirkan benang merah kesuksesan diatas dan menemukan satu kata yang hingga hari ini menari-nari di kepala penulis. Kata itulah menurut sejumlah pakar sebagai “mantra” sukses para penulis hebat. Kata itu pula yang menurut sejumlah pakar paling tepat untuk menggambarkan rahasia sukses para penulis hebat diberbagai bidang.  Kata tersebut juga menjadi semacam ruh kejuangan seorang jurnalis sekaligus pembeda antara jurnalis biasa dan jurnalis luar biasa. Apa itu? Sabar dulu dong,,,,,,,,,,nanti diakhir tulisan ini akan dibuka.

Sebelum kita mengetahui ” mantra sukses ” tersebut ada baiknya kita samakan dulu pengertian kita tentang etos kerja luar biasa. Orang biasa dengan etos kerja luar biasa, mengingatkan kami juga tentang buku karya Michael I Hurt yang mempubikasikan 100 tokoh paling berpengaruh dimuka bumi. Buku ini hebat sekali menurut kami. Secara singkat, buku tersebut menegaskan, bahwa manusia paling hebat dan berpengaruh ada Nabi.  Dan Nabi paling hebat adalah manusia biasa. Dengan demikian, apa dong rahasianya sehingga sang Nabi tersebut bisa menjadi luar biasa?

Hemat kami  rahasianya adalah terletak pada kekuatan mental juang para nabi tersebut.  Komitmen mereka untuk melayani manusia tidak saja ditampakkan, dalam bentuk keteladanan mempersembahkan karya terbaiknya, namun lebih dari itu mereka juga bersedia mewakafkan hidupnya untuk kebaikan sebanyak mungkin orang.

Umumnya para Nabi melewati tantangan dan penderitaan tiada tara. Tantangan yang mereka hadapi dalam menegakkan kebenaran yang diyakini nya tersebut, nyaris tak sebading dengan kualitas tantangan atau penderitaan yang kita hadapi. Namun, mereka tetap tegar, fokus pada tujuan akhir, kekeuh memegang prinsip. Mereka juga tetap bahagia hidupnya dari awal hingga akhir hayatnya berselansar dalam gelombang ujian yang tiada henti tersebut.
Kisah para Nabi dan juga kisah para orang sukses dimanapun nyaris tak lepas dari akumulasi tantangan dan penderitaan. Hidup mereka adalah menebarkan kebajikan baik dengan wacana, maupun dengan tindakan nyata sebagai role model otentik dalam mengatasi masalah dan menjadi solusi maker.
Hal yang sama dialami para penulis hebat, dan para jurnalis senior semakin meneguhkan prinsip kesuksesan abadi yang juga sudah kita warisi, ” berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian- bersakit-sakit dahulu, barulah menikmati buah perjuangannya kemudian”.

Dalam dunia jurnalistik, reportase  investigasi masih merupakan metode paling tinggi nilai pelaporannya.  Melalui metode investigasi seorang jurnalis dituntut untuk dapat menggali fakta dibalik peristiwa,  sambil menjaga keselamatan dirinya.  Seringkali sang jurnalis harus menelisik jalan berliku sebuah persitiwa, merangkainya dengan smart dan lalu juga dituntut untuk mampu menghidangkannya kepublik dengan bahasa paling mudah dipahami. Luar biasa.

Pertanyaannya, mungkinkah pekerjaan penuh resiko dan sarat tantangan tersebut diberikan kepada jurnalis rabun Ayam? Mungkinkah tugas maha berat tersebut dipikul oleh para jurnalis yang terbiasa duduk dibalik meja? Jawabannya tentu saja tidak. Menjadi penulis atau jurnalis hebat dengan demikian membutuhkan elan kejuangan, daya tahan prima, konsistensi dalam memegang prinsip dan komitmen untuk mempersembahkan karya terhebat bagi kepentingan khalayak ramai. Itulah etos kerja para maestro - yaitu orang biasa dengan etos kerja luar biasa. Etos ini disebut dalam satu kata, VITALITAS.

Vitalitas adalah mengerjakan hal biasa dengan cara luar biasa.  Vitalitas seorang jurnalis tangguh tak hanya tampak dari kecerdikannnya dalam menemukan peristiwa dan jalan ceritanya, tetapi ia juga dituntut untuk tetap smart dalam melakukan cek, ricek, tripel cek  jalan cerita tersebut. Sukses dengan dua tahapan tersebut, sang jurnalis itu juga harus cerdas menentukan sudut berita, menentukan lead atau intro dan terakhir adalah menulis berita dengan bahasa yang lugas, jernih, dan mudah dipahami oleh pembacanya.
Mungkingkah pekerjaan tersebut dilakukan oleh mereka yang tidak terlatih? Mungkinkah pekerjaan tersebut ditunaikan oleh jurnalis tanpa visi kesempurnaan dan motivasi superior?

Baca selengkapnya......

Senin, 13 Desember 2010

Sederhana tidak berarti Miskin

Mari merenung sejenak, apa saja nasehat orang tua kita kepada kita? Apa saja nasehat nasehat guru dan lingkungan kepada kita? Akumulasi nasehat -nasehat tersebutlah yang ikut membentuk wajah negeri kita hari ini.


Ungkapan tersebut kami peroleh dari guru penulis. Ungkapan bijak tersebut hingga hari ini terus mengiang-ngiang di telinga penulis ketika menyaksikan maraknya berbagai skandal di negeri tercinta ini- akibat pelakunya takut hidup sederhana. Ketakutan akan hari esok yang berlebihan tersebutlah, hemat penulis yang menjadi pemicu utama dari berbagai skandal hari ini.

Melekatnya nasihat bijak diatas pada perilaku murid-muridnya, salah satunya adalah karena sang guru tersebut sangat otentik dengan ucapannya. Selain memberi nasehat, ia juga terampil memberikan contoh dalam kehidupannya sehari-hari ( doing by example). Ia buktikan, meskipun hartanya banyak, tapi ia selalu tampil sederhana. Bajunya kemana-mana sangat sederhana dan lebih sering pakai warna putih. Dia bilang, baju itu tidak perlu mewah, yang penting tidak sobek dan tidak berbau. Dia juga bilang putih itu sederhana.

Anak sang guru itu juga cukup banyak lho, sekitar 11 orang, tapi sebelum ia meninggal justru ia wakafkan seluruh hartanya, sementara untuk anak-anak nya cukup diwariskan ilmu dan pengetahuan agama serta sebuah percetakan kecil yang menerbitkan buku-bukunya. Sudah puluhan tahun guru kami tersebut meninggal, hingga detik ini tak pernah tersiar khabar - bahkan sekedar gosip, bahwa anaknya menggugat wakaf orang tuanya. Yang terdengar adalah wakaf orang tuanya berupa sekolah dan bisnis terus berkembang biak untuk mensejahterakan orang banyak. Luar biasa.

Kini sebelas anaknya berhasil meneladani orang tuanya menjadi orang bahagia dan sukses pula. Tak hanya pendidikan mereka tinggi, akhlagnya juga mulia dan lebih dari itu hidupnya pun sederhana. Keteladanan ayahnya berderma pun tetap mereka warisi.

Ajaran ini hemat kami menarik untuk kita kaji. Bahwa sederhana itu tidak berarti miskin. Bahwa blue print kesuksesan yang diwariskan orang tua ikut membentuk warna hidup anak-anaknya kelak. Bila orang tua hanya trampil menasehati anaknya agar sukses dan sukses serta menjadi orang kaya saja, si anak mungkin akan bekerja keras untuk menjadi sukses dan menjadi kaya. Tapi apakah karakter dan gaya hidup sang anak itu akan berubah seiring dengan peningkatan kekayaannya dan kesuksesannya, tentu pola hidup warisan orang tua akan ikut mewarnai. Oh ya, menurut guru kami juga, bahwa kalau kita hidupnya sederhana, kalau kaya tidak akan sombong, dan kalaupun miskin tidak akan putus asa - karena sudah terbiasa hidup sederhana.

Mari merenung sejenak, apa saja nasehat orang tua kita kepada kita? Apa saja nasehat nasehat guru dan lingkungan kepada kita? Akumulasi nasehat -nasehat tersebutlah yang ikut membentuk wajah negeri kita hari ini. So, Sederhana itu tidak berarti miskin ! Kuotasi Motivator Mario Teguh berikut ini juga patut kita renungkan Sdrku sebagai bekal kita menghadapi hari esok yang lebih gemilang. Salam bahagia selalu !!

Baca selengkapnya......

Kamis, 28 Oktober 2010

Indonesian Incorporated: Sumpahku: Mengubah Sampah Menjadi Emas!

( sumber Foto:satu ambisi blogspot.com )


( sumber Foto: Rakyat demokrasi.wordpress.com)

Yuk bergerak sobatku, bung, jeng, mbak, dek dan saudaraku sebangsa dan setanah air
Yuk bergerak dengan karya, inovasi, wacana dan bahkan demo
Yuk bergerak dengan menjadi lebih baik setiap detik
Yuk bergerak mewujudkan indonesia incorporated mengubah sampah menjadi emas

Kita satu perahu: Yuk bergerak bersama dan bekerja sama
Kita adalah satu bangsa, satu cita-cita: Indonesia Jaya dan berkemakmuran,
Kita adalah satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa

Gerakan 28 mewariskan Indonesia Merdeka
Gerakan Angkatan 66 melahirkan Ordebaru
Gerakan Malari Melahirkan Koreksi Orientasi Pembangunan
Gerakan Angkatan 98 menata Demokrasi

( DH.ismail)
Kini problem kita adalah persoalan bencana, kemiskinan, keadilan sosial, nation and character building, manajemen konflik antar elemen bangsa, serta kompetisi antar bangsa dipasar bebas yang hyper dan serba cepat. Gerakan bersama kita harus menjawab semua akar masalah tersebut yaitu: Mengubah Sampah Menjadi Emas melalui Gerakan bersama berikut Ini:

1. Menaklukkan bencana di udara, darat dan dilautan
2. Bergerak dari mindset industri ke Mindset Agraria
3. Dari Mindset Daratan kepada Mindset Maritim
4. Dari Pemusatan pembangunan dikota kepada penguatan otonomi daerah
5. Dari era demokrasi tukang jawab, kepada demokrasi bertanggung jawab
6. Dari era saling iri ke era kerjasama dan apresiasi terhadap kompetisi sehat
7. Dari era kritik dan hegemoni wacana ke era do more talk less
8. Dari era otak kiri ke era otak kanan
9. Dari gerakan berbasis geng, suku kepada gerakan indonesia incorporated
10. Dari gerakan supremasi politik kepada gerakan supremasi hukum
11. Dari gerakan supremasi kekuasaan kepada gerakan nilai tambah dan prestasi
12. Dari gerakan modal asing kepada gerakan modal nasional

(Sumber foto: Rockberrywolf.student.mm.ac.id
Gerakan itu harus kita capai bersama seluruh stakeholder bangsa
Melalui Reshuffle Kabinet
Dari kabinet perhimpunan kepada kabinet pergerakan
Dari kabinet koaliasi politisi kepada gerakan Professionalisme
Dari Kabinet balas budi kepada kompetensi dalam bingkai nasionalisme otentik

Melalui partisipasi rakyat dan dunia usaha dalam pembangunan
Melalui Penguatan Sektor ekonomi Pro Rakyat
Melalui Penguatan SDM unggul yang menjadi a part of solution
Dan tangguh bersaing dengan bangsa lain
Dalam perkembangan tehnologi dan ekonomi globalisasi


Bergerak adalah Pertanda Hidup
Bergerak dari benalu kehidupan menjadi rahmat bagi semesta alam
Dari negara miskin jadi negara berdaya tawar hebat
Mengukir hari esok yang selalu lebih baik
Yuk bergerak,now or never, Change or Die !
The soldiers never die.....




Baca selengkapnya......

Selasa, 26 Oktober 2010

Dana CSR 12- 20 Triliun Pertahun





“Apabila problem Sosial Seperti Kemiskinan dan Pengangguran Tinggi pada suatu Bangsa,maka Solusinya adalah Kewirausahaan” ( M.Yunus/Grameen Bank )

Ungkapan sang Peraih Nobel perdamaian dan Pendiri Grameen Bank diatas, masih segar di ingatan kita. Ya, Muhammad Yunus lah sang pemilik kuotasi sukses tersebut. Tokoh ini sangat otentik dengan nasehat brilian diatas. Gramen Bank–bank untuk pengemis dan kaum miskin karya fenomenalnya terbukti mampu menyihir dunia. Bahkan lebih dari itu, Yunus juga memberikan sebuah keteladanan dan makna baru tentang kesuksesan yaitu “kehebatan seseorang tidak memadai lagi dilihat dari sejauh mana kapasitas seseorang dalam menapaki tangga sukses ( Zero to Hero ), tetapi kehebatan seseorang harus dilihat dari kemampuan seseorang untuk berbagi dan menginspirasi orang lain atau membantu orang miskin menggapai impian terbaiknya”. Kita doakan kebahagiaan, dan kekuatan lahir batin senantiasa tercurah kepada sang legenda perubahan tersebut.
Singkat cerita, Kini konsep Yunus memberdayakan kaum miskin melalui kewirausahaan, banyak diadopsi diberbagai negara termasuk di Indonesia. Malah, Di zaman kepemimpinan Bill Clinton sebagai Presiden AS pun konsep Yunus pernah di terapkan.

Namun, topik kajian kita kali ini tidak akan membahas lebih jauh tentang Kepahlawanan Yunus tersebut. Yang ingin kita kaji lebih mendalam adalah soal esensi dari quotasi sukses nya. “Apabila problem Sosial Seperti Kemiskinan dan Pengangguran Tinggi pada suatu bangsa, maka Solusinya adalah Kewirausahaan”.
Quotasi brilian tersebut, kembali menari-nari dibenak penulis, ketika baru-baru ini, penulis bersama Tim Juri GKPM Award menilai perusahaan-perusahan Nasional dan MNC serta BUMN yang peduli dengan Pemberdayaan Masyarakat Miskin.

Kesempatan emas tersebut, penulis gunakan sebaik-baiknya untuk melihat lebih dekat tentang “sentuhan pemberdayaan” yang dilakukan para enterpreneur tercerahkan dibeberapa perusahaan ditanah air. Bagaimana para CDO dan para Manajer CSR perusahaan-perusahaan hebat tersebut berlomba mengukir kebajikan dalam memberdayakan orang miskin yang sarat dengan sentuhan kreativitas, sangat manusiawi sehingga berhasil guna Memandirikan orang-orang miskin ilmu, miskin harta, miskin etika dan tak sedikit juga yang miskin karena pemalas, dan beragam penyakit sosial lainnya tersebut hingga menjadi manusia mandiri serta berkarakter.
Tentu pekerjaan tersebut tidak mudah. Seorang CDO bercerita kepada penulis bagaimana ia dikejar-kejar oleh peserta binaannya sambil mengacungkan pedang, padahal sang CDO tersebut sedang bekerja keras untuk menolong atau mengangkat harkat dan martabat orang tersebut. “annasu a’dau ma Jahilu ( orang bodoh seringkali menyalahkan orang pintar karena ketidaktahuannya ) demikian ungkapan bijak berkata. Singkatnya, tugas seorang CDO dalam meningkatkan kemandirian masyarakat tidak mudah.
Namun, faktanya dengan sentuhan seorang wirausaha, yang umumnya bermental ” never Give up”, kreatif dan inovatif dalam menemukan metode-metode baru pemberdayaan masyarakat, terbukti serta berwatak pembelajar, mereka mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Banyak dunia usaha berhasil gemilang memandirikan orang miskin tersebut.
Catatan tim juri yang diketuai Tumpak Simanjuntak, menunjukkan, terbukti banyak perusahaan yang berhasil memandirikan masyarakat. Pengamatan penulis dilapangan pun mengatakan hal yang sama. Ketika, beberapa bank Nasional dan Bank Swasta telah memblack klist beberapa daerah tententu, karena gagal memenuhi kewajibannya membayar uang pinjamannya dari bank tersebut, justru dana bergulir beberapa lembaga keuangan Mikro yang merupakan CSR dunia usaha, berhasil beroperasi di kampung –kampung tersebut. Ini contoh nyata yang pernah penulis saksikan dibeberapa desa di Kalimantan. Metode memang terkadang lebih mujarab dari pada ajaran. Jadi, sangat Luar biasa sekali, kontribusi dunia usaha kita dalam mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan masyarakat.

CSR adalah Tanggung Jawab, bukan Sumbangan !
Dahulu, ketika program CSR belum menjadi budaya perusahaan, bisnis seringkali dipandang sebagai mahluk rakus dan serakah. ” Bisnis adalah entitas pencetak laba dan untung, titik !” ungkapan itu yang sering kita dengar. Namun, kini, ketika dunia usaha telah rajin berderma, trampil berbagi sukses melalui CSRnya, maka serta –merta kesan tersebut hilang dan malah sebaliknya tak sedikit dari anak-anak binaan PKBL dan CSR dunia usaha yang bermimpi untk menjadi pengusaha sukses yang dermawan. Dengan demikian, CSR tidak saja berfungsi sebagai agent pengentasan kemiskinan, tetapi juga menjadi agent transformator nilai-nilai unggul kewirausahaan.
Survey lembaga-lembaga kredibel baik nasional maupun internasional mengatakan hal serupa. Pada akhirnya, CSR terbukti memiliki implikasi positif tidak saja bagi masyarakat tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri. Tak heran di negara-negara yang telah maju tingkat peradabannya, CSR telah digunakan sebagai salah satu alasan ( preferensi) konsumen dalam membeli produk atau jasa suatu perusahaan. Masyarakat yang kritis hanya mau membeli produk perusahaan-perusahaan yang terbukti telah menjalankan CSR dengan baik.
Pendekatan keamanan atau kekuasaan dengan mengintimidasi masyarakat yang kritis -terutama mereka yang terkena dampak langsung dari akibat negatif eksplorasi Sumber daya alam telah dianggap kuno. Malah cara-cara semacam itu kini dipandang sebagai kejahatan kemanusiaan. Sebaliknya kini perusahaan akan merasa lebih bahagia dan otentik bila mampu berbagi dengan orang-orang kurang beruntung disekitarnya.
Potensi Dana CSR mencapai puluhan triliun
Suka atau tidak suka, pengaruh CSR internasional turun menyemarakkan kegiatan CSR di tanah air. Selain itu, Regulasi yang “tertunda” dari pemerintah tentang undang –undang PT yang juga mengatur CSR ( karena belum Ada PP nya ) juga ikut menyemarakkan kajian CSR. Tentu saja pengaruh lembaga-lembaga Konsultan CSR seperti CFCD, Konsorsium CSR dan lain sebagainya, tak boleh dinafikan dan last but not juga dorongan dari beberapa kementerian seperti Kemensoso, BUMN yang mewajibkan dana PKBL dan Kementerian Kehutanan serta lingkungan Hidup.

Saat ini misalnya, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, dari tanggal 21 hingga 24 Oktober menggelar acara yang bertajuk Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Expo dan Award 2010 di Jakarta Convention Center. Acara ini merupakan kelanjutan dari acara serupa pada tahun 2009 lalu dan menjadi sarana yang efektif dalam menyebarluaskan informasi mengenai kinerja dan pencapaian program-program pemberdayaan masyarakat misalnya melalui Program PNPM Mandiri.

“Potensi dana corporate social responsibility (CSR) sebenarnya dapat digunakan untuk menekan angka kemiskinan per tahun mencapai Rp 20 triliun. Dengan potensi tersebut Indonesia sebenarnya tidak perlu berutang ke luar negeri. Sayangnya dana CSR masih belum sepenuhnya dikelola secara terarah,”kata Deputi VII Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra, Sujana Royat dalam keterangannya kepada para wartawan di Jakarta Convention Center.


Menurutnya dana CSR yang bisa digalang dari swasta yaitu sebanyak 700 perusahaan swasta, selain dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Untuk BUMN sudah kami tetapkan besarnya CSR 5 persen dari keuntungan, sementara untuk swasta persentasenya tidak ditentukan tetapi sudah diwajibkan menyisihkan sebagian laba untuk CSR,” jelasnya.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan Pelaksanaan CSR harus dipandang sebagai sebuah keniscayaan bagi dunia usaha bukan karena tekanan, tetapi karena panggilan dan konskwensi dari pilihan profesi sebagai pengusaha yang dalam catatan sejarah dikenal sebagai icon kemajuan dan agent transformator nilai. Fakta juga menunjukkan, hanya perusahaan-perusahan yang smart menjalankan peran sosial dan lingkungannya yang mampu bertahan melampaui usia pendirinya.

Akhirnya, semoga keteladanan para pengusaha dermawan yang telah menjalankan peran sosial dan lingkungannya ini dengan baik, dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk menciptakan situasi kondusif berwirausaha di Indonesia, agar setiap dunia usaha terus memiliki kapasitas memproduksi telur emasnya untuk kebaikan sebanyak mungkin orang.

Akhirnya, Selamat kepada para peraih GKPM Awards. Lanjutkan terus perjuangannya, karena “Kalau bukan kita, siapa lagi dan kalau tidak saat ini kapan lagi”. Yuk jadi pengusaha Dermawan dan Jayalah Negri kita tercinta.

Baca selengkapnya......

Sabtu, 23 Oktober 2010

GKPM Award 2010: Berlomba Memakmurkan Rakyat



"Jumlah dana yang dikeluarkan perusahaan mencapai 10 sampai 20 triliun pertahun untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini patut kita apresiasi" tegas Agung Laksono yang datang ke acara Temu Forum CFCD jumat sore

"Indonesia patut berbangga, karena masih punya banyak dermawan. Meski kemiskinan masih mendera sebuah bangsa yang berusia 65 tahun ini tapi tak perlu begitu resah apalagi putus asa, karena banyak pejuang sosial dan sosial enterpreneur yang secara konsisten terus berjuang untuk mengentaskan kemiskinan. Angka Kemiskinan memang masih cukup tinggi yakni sekitar 30 juta orang lebih dan dunia usaha tangguh di Indonesia diperkirakan sejumlah 50 Ribu. Bila masing-masing perusahaan mau melakukan CSR dan memberdayakan Kaum Miskin, maka tugas 1 perusahaan cukup memandirikan 600 orang miskin.
Persoalannya adalah apakah seluruh dunia usaha sudah melakukan CSR atau belum? Apakah pelaksanaan CSR yang dilakukan dunia usaha sudah berkualitas, efektif dan efesien serta selaras dengan kebutuhan riel masyarakat miskin?

Sharing sesama pelaku CDO dan atau manajer CSR seperti yang kita lakukan sore ini menjadi sebuah keniscayaan. Karena itu forum semacam CFCD yang terus menerus memotivasi, mengedukasi dan mendorong pelaksanaan CSR secara berkualitas patut kita dukung" demikian kesimpulan talkshow Best Practise CSR di Jakarta Convention Center, Jumat, 22 Oktober 2010 yang dibacakan oleh Suharman Noerman sekaligus moderator Talk Show Tersebut. Tampil Sebagai pembicara sore itu, Bayu Dwi Puji dari Astra Internasional, Akmal Azis dari Bakrie Sumatra Plantasion, Lambertus Siregar dari Toba Lestary dan DH.Ismail, M.Si ( pemimpin redaksi majalah CSR Review ).

Itulah salah satu rangkaian acara GKPM Award dan Expo yang dilaksanakan Kementerian Kesejahteraan Rakyat di Jakarta Convention Center, 21-24 Oktober. Pameran GKPM Award kali ini diikuti 8 kementerian, 22 pemerintah daerah, 16 BUMN dan perusahaan swasta, serta 48 usaha kecil menengah (UKM).
Dalam rangkaian Pameran GKPM juga diisi dengan acara Temu Nasional CDO, Seminar Pembedahan PNPM, CSR Expo, PNPM Expo, National Summit, CSR Summit, GKPM Award, Temu Forum PT.Telkom CSR Best Practice for MDGs dan berbagai seminar kisah sukses pemberdayaan masyarakat dan pagelaran seni.

Menko Kesra Agung Laksono menyempat diri untuk meninjau lokasi pameran sekaligus menghadiri Temu Forum CFCD. Dalam kesempatan tersebut, Menko menyampaikan apresiasi yang setingginya-tingginya kepada pelaku dunia usaha yang peduli pada pemberdayaan masyarakat melalui CSR. "Jumlah dana yang dikeluarkan perusahaan mencapai 10 sampai 20 triliun pertahun untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini patut kita apresiasi" tegas Agung Laksono yang datang ke acara Temu Forum CFCD jumat sore.

Mantan ketua DPR RI ini juga menyempatkan diri untuk memberikan perhargaan kepada para pemenang lomba dari Perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional yang telah berpartisipasi dalam pembangunan Millinenium Development Goal.

Diantara perusahaan yang menerima perhargaan antara lain: PT. Bakrie Sumatra Plantation, PT.Arutmin Indonesia, PT. Freefort, PT. Telkom Indonesia, PT. Indonesian Power, PT. Astra Internasional dan beberapa perusahaan lainnya.
Tumpak Simanjuntak yang menjadi ketua dewan juri GKPM Award mengatakan bahwa cukup banyak perusahaan nasional yang berkontribusi signifikan dalam pencapaian MDGS melalui program CSR perusahaan. "Berdasarkan penilain tim Juri Indipendent dan unsur dewan pertimbangan CFCD perusahaan-perusahaan yang menerima award pada ajeng GKPM Award tahun ini terbukti telah berjasa meningkatkan kualitas hidup orang miskin. Ada diantara perusahaan yang secara sukarela dan konsisten menunjukkan keberpihakannya untuk memberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat. Diantara program CSR perusahaan yang terpuji adalah: Melakukan pemberantasan penyakit TBC, Diare dan Malaria, Menyediakan sarana prasarana air bersih untuk rakyat miskin, membuat penghijauan di lahan kering, merehabalitasi rumah-rumah warga Miskin, membuat Lembaga keuangan Mikro hingga membangunkan sarana prasana jalan untuk akses warga miskin, tegasnya.
Pandangan senada disampaikan Iskandar Sembiring dari CFCD. Menurut Sekjend CFCD, Kontribusi CSR dunia usaha yang bergabung dalam CFCD saat ini mencapai 300 perusahaan baik perusahaan skala nasional dan multinasional serta UKM dan telah berkontribusi triliunan rupiah dana CSR bagi pengentasan kemiskinan dan dan pemberdayaan masyarakat.

Karena itu organisasi CFCD selalu memberikan apresiasi sebagai bentuk dukungan kepada dunia usaha dan organisasi sosial kemasyarakatan semacam itu.
" Acara GKPM award ini merupakan kelanjutan dari event serupa yang dilaksanakan tahun lalu. Setiap tahun keinginan dunia usaha, unsur pemerintah dan unsur masyarakat untuk mengikuti event semacam ini terus meningkat. Ini jadi tanda dan pertanda semakin meningkatknya rasa kesetiakawanan masyarakat untuk sama-sama membangun bangsa" tegas nya.

Sebulan yang lalu ditempat yang sama Kementerian Sosial bekerjasama dengan CFCD juga sukses melaksanakan KSN Award yang dibuka langsung oleh Wapres Dalam kesempatan itu beberapa perusahaan yang memiliki program kepedulian sosial yang tinggi juga dianugrahi award. ( DH.Ismail )

Baca selengkapnya......

Jumat, 17 September 2010

MUDIK -Marsipature Hutanabe dan Kontribusi Pemudik bagi Kemajuan Daerah?



Anakkoki do hamoraon di au ( artinya anakku itu adalah simbol "kekayaan" bagi orangtua ), adalah salah satu potongan lirik lagu batak yang sangat terkenal dan amat penulis sukai. Kenapa? Subtansi lagu tersebut menerangkan penting regenerasi dalam kehidupan setiap keluarga orang Batak. Pendidikan Anak, adalah kunci sukses proses regenasi tersebut. Itulah barangkali, kenapa dalam adat Batak, pewarisan ilmu yang ditandai dengan keharusan menyekolahkan anak setinggi-tingginya menjadi tradisi bagi keluarga orang Batak. Tentu saja, pentingnya ilmu ini sebagai medium utama meraih kesuksesan juga merupakan keyakinan setiap orang tua, dimana saja dan dari kalangan etnis manapun.



Namun, kadar, komitmen, pengorbanan serta keyakinan setiap orang tua pastilah berbeda-beda. Perbedaan kadar keyakinan tersebutlah hemat penulis yang ingin ditegaskan oleh pengarang lagu tersebut diatas- sekaligus sebagai dukungan agar tradisi ini terus dipertahankan.

Dalam lagu tersebut, Dikisahkan oleh pengarangnya, bahwa sangat banyak para orang tua dipulau Sumatera bagian utara tersebut, yang rela bersakit-sakit bekerja, hidup penuh prihatin dan bekerja siang malam, demi untuk memastikan kelanjutan pendidikan putra-putranya diluar kota dan bahkan di luar negeri untuk mencapai cita2 tertingginya.



Ini menarik untuk dicermati. Sempatkanlah berkunjung kepulau Sumatra. Lihatlah ibu-ibu dan bapak-bapak yang bekerja membanting tulang diladang-ladang yang tandus dan berbukit-bukit tersebut dan bahkan nyaris tanpa bantuan alas kaki sekalipun demi mencari uang untuk membiayai studi anaknya nun jauh di sana . Lalu sempatkan pula lah bertanya, berapa orang putranya dan sekolah dimana gerangan putra-putrinya tersebut? Niscaya anda akan kaget ketika menemukan jawaban bahwa anaknya ada yang bersekolah di ibu kota, atau merantau ke kota untuk memperbaiki nasib dan bahkan ada yang luar negeri sono. luar biasa.



Konon katanya ini menyekolah anak setinggi langit telah menjadi kultur orang tua di Pulau Sumatra utara secara turun temurun. Tak heran, setiap liburan nasional atau akhir tahun tiba, perkampungan di pulau Sumatra itu, yang kondisi rumahnya sangat memprihatinkan, tetapi dipenuhi oleh anak-anak muda berpendidikan tinggi baik disekolah-sekolah terbaik di Indonesia dan bahkan diluar negeri. Tampak nya orang tua di sumatra ini meyakini betul pengaruh keperkasaan ilmu bagi kegemilangan masa depan keluarganya. Apa yang mempengaruhi kehidupan orang batak semacam ini? Kenapa etos itu tumbuh membiak dan bahkan menjadi kultur positif yang mendongkrak jumlah orang batak yang sukses? Tampaknya memerlukan penelitian yang lebih mendalam.



Tetapi hemat penulis, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya para pendeta dari luar negeri yang umumnya memiliki tingkat pendidikan tinggi yang datang ke pulau tersebut. Dengan interaksi intensif para turis atau para pendeta tersebut dengan para orang tua, tentu saja menjadi nilai tambah tersendiri yang ikut merezuvenasi budaya batak menjadi budaya unggul.Tentu saja asumsi ini masih perlu diuji. Hal yang sama mungkin dapat kita lihat di Bali. Hadirnya orang asing sebagai turis yang umumnya kaya secara finansial, beradab secara etika turut menyumbang bagi kemajuan kultur dan kemodernan suku Asli Bali. Belum lagi hal ini diperkuat dengan semakin seringnya publikasi atau promosi daerah dan budaya Bali melalui pemberitaan dan film-film yang menggambarkan eksotisnya pulau Bali dan betapa santun nya warga Bali memperlakukan Tamu turut berkontribusi memperkuat citra orang Bali menjadi warga kelas Dunia.



Point penting yang ingin penulis sampaikan melalui tulisan ini adalah, betapa pentingnya pengaruh orang tua dan lingkungan dalam menstimulus, memotivasi serta memberikan limited intervention bagi kesuksesan seorang anak. Stimulus dan motivasi itu bisa melalui syair-syair, lagu-lagu, role model hingga melalui sugesti dalam segala bentuknya. Lama – kelamaan dukungan tersebut akan memprogram pikiran sang anak sehingga tumbuh motivasi untuk berprestasi dan menjadi kebanggan bagi diri dan lingkungannya.



Marsipature Hutanabe

spirit dari lagu ’ anakkokki do hamoroan di au” tampaknya telah berhasil gemilang dtandai dengan banyak nya orang batak rantau berprestasi. Namun ironisnya, kemajuan putra Batak perantau tersebut, tidak diikuti oleh Kemajuan kehidupan dikampung halamannya.



mantan Anak-anak kampung dari Batak yang karena pendidikannnya tinggi akibat pengorbanan orang tua yang hebat tersebut, tampaknya tidak berbalas. Buktinya, Perkampungan Orang Batak tak banyak mengalami kemajuan signifikan dibandingkan mobilitas orang Batak Perantau dipusat-pusat kemajuan peradaban.



Inilah barangkali yang memotivasi Gubernur Raja Inal Siregar hadir dengan gagasan Briliannya, ” yuk bertanggung renteng membangun Kampung Halaman” atau ” Marsipature Hutanabe”. Gagasan mengajak para perantau Batak yang berhasil untuk bertanggung renteng membangun kampung halaman ( marsipature hutanabe ) pernah dicanangkan oleh Raja Inal Siregar. Gagasan ini mendapat acungan jempol dari berbagai pihak. Melalui gagasan ini sang Raja yang menjadi Gubernur SUMUT Ini, mengajak seluruh stakeholder Kampung halaman turut berpartisipasi membantu pemerintah daerahnya masing-masing.



Berhasil kah Gagasan ini?

Penulis tidak menemukan sebuah laporan yang terpercaya, bagaimana keberhasilan gagasan tersebut. Yang penulis ketahui bahwa kini di Sibolga dan Tarutung telah tumbuh dan berkembang beberapa sekolah –sekolah kelas Standar Nasional yang didirikan oleh Para Perantau Sukses dari daerah tersebut. Sebaliknya, Gagasan ” Protap” hemat penulis dapat juga dimaknai sebagai bukti tidak efektifnya gagasan tersebut memobilisir kepedulian orang Batak Rantau. Kini, masih tampak menganga, kesenjangan pembangunan di Pusat Kota Sumatera dengan didesa-desa sebagai akibat dari Kemalasan Aparat PEMDA untuk menelusuri desa-desa berbukit didaerah pedalaman Sumatra. Pemekaran Daerah, diharapkan akan memperdekat aksesibilitas pemerintah dengan rakyat nya. Ini lah semangat ideal dibalik pemekaran tersebut. Sayangnya idealisme mulia tersebut telah ternodai oleh aksi politik yang kebablasan sebagaimana anda ketahui.

Namun, jika saja, pemerintah Daerah Sumtra Utara dapat memahami aspirasi suci dibalik PROTAP tersebut yakni pemberdayaan rakyat serta pemerataan pembangunan, maka niscaya konflik tidak perlu terjadi. Dan ini juga kritik pedas bagi orang Batak perantau yang telah sukses agar tidak serta merta menggantungkan harapan kepada pemerintah an sich. Yuk, secara swadaya kita bangun kampung halaman dengan etos dan kapasitas yang kita miliki dengan harapan PEMDA Juga akan segera mengikutinya.



Gagasan Marsipature Huta Nabe hemat penulis akan selalu hidup dan relevan untuk diteladani dimasa depan. Gagasan ini dalam bentuk program yang lain, tampaknya juga telah mulai diikuti oleh beberapa PEMDA. Provinsi Gorontalo dimasa Kepemimpinan Fadel Muhammad termasuk PEMDA yang cerdas menggalang potensi para pengusaha sukses dan tokoh –tokoh asal Gorantalo untuk mendukung investasi dan pembangunan didaerah tersebut.



Sebagaimana diketahui dalam waktu singkat pemerintah Gorantalo berhasil menurunkan angka kemiskinan secara signifikan dan Mendongkrak APBD nya hingga mencetak ribuan pengusaha muda didaerah tersebut. Inilah contoh pemerintahan berwajah enterpreneurship yang melihat peluang terbuka dalam setiap situasi.



baru-baru ini sahabat kami yang baru pulang dinas di kota Padang juga mengatakan hal yang sama. Bagaimana pemda dan tokoh masyarakat adat setempat berbaris menyambut para perantau yang lagi mudik kekampung halamannya. Begitulah pemimpin daerah memotivasi dan merayu para perantau sukses tersebut utk berbagi dengan saudaranya dikampung.


Jadi pembangunan daerah, sebagai prasyarat kemajuan bangsa juga sangat terkait dengan komitmen para perantau dari putra daerah untuk membangun kampung halamannya sendiri. Kita tidak boleh jadi warga yang cengeng. Dikit-dikit bergantung sama pemerintah, ha,,ha..

Rakyat, khususnya para perantau yang sukses dapat memulai inisiatif terbaiknya sambil menanti mesin otonomi daerah bekerja. Idealnya Sinergi tripartiet dalam pembangunan daerah menjadi modal sukses pembangunan suatu daerah. Yuk Mudik sambil membangun daerah ( marsipature hutanabe ). Salam hangat dan salam sukses selalu. DH.Ismail Sitanggang, Penulis buku Yuk Jadi Pengusaha: etos bisnis tiada merugi dan rahasia Sukses Para Juara )

Baca selengkapnya......

SUKSES BERBASIS NILAI TAMBAH

Demi Nilai Adam dan Hawa terusir dari surga dan turun ke bumi untuk menjalani hidup baru yang penuh kerja keras ,,,,

Demi nilai Sang Baginda Nabi Muhammad pun harus rela menjalani misi kenabiannnya dengan melewati onak dan duri, terpisah dari saudara dan kerabat,dan meninggalkan berbagai fasilitas mewah sebagai jutawan, meninggal berbagai tawaran wah dari kaum quraish,,,,

Demi nilai Sang Nabi Nuh, harus berpisah dgn anak kesayangannya-ketika Banjir Bandang tiba menghempaskan negerinya..

Demi nilai seorang peneliti bersedia menghabiskan usianya dilaboratorium,,,
Demi nilai seorang pengusaha, rela menanggung resiko karyawan, bekerja siang dan malam utk menciptakan pertumbuhan usaha nya supaya langgeng berproduksi,,
dan seterusnya,,,,
Setiap aktivitas diri kita sesungguh tak lepas dari produkis dan transaksi nilai

Nilai adalah alat ukur dan alat tukar nilai tambah bagi kesuksesan, kebahagiaan dan kejayaan...

Siapapun anda, tak peduli tua atau muda, kaya atau miskin, kita bertanggung jawab atas nilai yang kita yakini dan pegang teguh.

Keyakinan kami sendiri, nilai sukses kita harus selaras dengan akal, nafsu muthmainnah dan kalbu kita, dan karena itu: niat, proses dan output serta outcome membangun nilai harus berpadanan. inilah nilai paripurna itu yang selaras dengan fitrah kemanusiaan kita.


Transformasi Nilai berlangsung sejak dini

Sejak Sekolah kita diajarkan tentang pentingnya nilai. Nilai rapor atau IPK (kecerdasan intelektual) dijadikan pertanda kesuksesan. Barulah kemudian, ketika berorganisasi atau bermasyarakat, kita jadi sadar bahwa kecerdasan intelektual saja tidak memadai. Fakta menunjukkan, orang yang cerdas secara emosional jauh lebih berperan didalam kehidupan organisasi dan masyarakat. Inti dari teori EQ ini menekankan, kecerdasan pergaulan, kecerdasan mengelola emosi jauh lebih perkasa ketimbang kecerdasan logika.

Namun, dorongan nafsu sukses, berkuasa, dari orang-orang ber IQ dan ber EQ ini terbukti sangat berbahaya selaras dengan ditemukannya berbagai rekayasa administrasi, keuangan serta penyimpangan manajemen by design. Singkatnya, meski dikemas dgn sangat dahsyat berbagai rekayasa busuk ala manajemen otak kiri ini, akhirnya terkesiap juga. Saat itulah para pemimpin bisnis dan manajemen publik murka dan mulai berpikir untuk membuka lowongan kerja buat Malaikat. Sytem Terbaik terbukti keok ditangan orang yang tidak amanah. Dibutuhkan orang yang jujur dan berkarakter serta smart untuk mengendalikan sistem tersebut ha,,ha. Manusia kecewa dengan jenisnya sendiri ketika ia dikhianati.

Manusia adalah sebaik-baik mahluk ketika fitrah nya otentik. Malaikat dan Iblis dipaksa Tuhan utk mengakui keistimewaan manusia itu. Jadi, ketika manusia berjan lurus di rel fitrinya yang hanief-yang hanya mungkin diraih bila kecerdasan spritual seseorang terasah-saat itulah manusia mencapai tahapan INSAN CITA. Tak ada cara lain untuk mendapatkan kecerdasan spritual kecuali pengalaman menjalankan ritual tertentu dan terutama menjalankan ajaran dan nilai agama- titik.


Kami punya pemikiran begini. Kesehatan fitri seorang manusia mencapai titik ideal bila seorang manusia mampu menjadikan fitrahnya berkembang seimbang dibawah nahkoda Kalbu. Rel fitri manusia yang terdiri dari Akal, Nafsu dan Kalbu. Sekali lagi, Fitrah manusia baru bisa optimal hanya bila unsur kalbunya (diatas 50 Persen ) lebih dominan dari kolaborasi nafsu dan akal. Menurut Pakar Saat komposisi bangunan fitrah manusia mendekati titik ideal: 55%(Kalbu)-30%(Akal) -15%- tidak boleh terlalu timpang.

Sejarah membuktikan, Ketika seorang manusia menggunakan akal dan nafsu berpadu, Stephen Hawking bisa menjadi Ahli fisika ternama di dunia. Namun kalbunya dimana? Sebaliknya kita kalbu saja bekerja tanpa dukungan akal dan nafsu maka yang terjadi adalah manusia memaksakan dirinya berkompeteisi dng malaikat, padahal itu mustahil- paling-paling manusia kemalaikat-malaikatan. Dan lebih ngeri lagi, ketika manusia fokus memberi makan nafsunya, yang terjadi adalah iblis berbentuk manusia.

Puasa adalah terapi terbaik mengendalikan nafsu. Puasa Ramadhan adalah terapi terbaik melatih akal dan nafsu dan mengubah kebiasaan manusia. Jalan pulang kembali kepada kebiasaan fitrah sehat jasmani dan rohani, sehat individu, kel dan sosial.

Mari setia menjalani fitrah terbaik ini sebagai kiat smart dan excellent meraih kejayaan didunia & di akhirat karena anda dan hidup ini sangat berharga Saudaraku. ( DH Ismail )

Baca selengkapnya......

TIPS Sederhana Menjalani hidup CERIA & SMART



Alkisah, seorang Guru sedang memberikan kuliah dengan topik “ Manajemen Stress “ dalam sebuah forum yang pesertanya sangat beragam.

Sang guru yang ajarannya banyak diikuti oleh para pemimpin dunia tersebut kemudian mengambil segelas air, lalu bertanya kepada para hadirin, “ Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?”



Para peserta segera berpikir keras dan berusaha menjawab sesuai latar belakang keilmuannya. Ada yang menyebutkan segelas air tersebut, seberat 200 gram dan ada juga yang jawab 300 gram hingga 500 gram. Sang guru tersenyum simpul Mendengar jawaban rasional tersebut, dan segera menjelaskan filosofi dari perumpamaannya.



“ Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda mengangkatnya” tegas sang guru.

“ Jika saya memegang dan mengangkatnya selama 1 menit, tidak akan akan masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, tangan saya akan sakit. Dan jika saya memegang segelas air ini selama satu hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulan untuk saya.



Berat segelas air ini sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat” tegasnya.



“ Demikian halnya dengan beban hidup. Jika kita membawa beban hidup terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya” ujar sang Guru melanjutkan penjelasannya.



“Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, lalu istirahat sejenak sebelum mengangkatnya kembali. Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Setelah beristirahat nanti dapat diatasi kembali” tegas sang Guru menjelaskan kiat jitu menangani stress dalam bekerja. Sang Guru tersebut adalah Stephen R. Covey, Penulis buku best seller 8th Habits yang sangat fenomenal itu.



Kami adalah pengagum berat Stephen Covey. Salah satu kelebihan karya sang Motivator Dunia ini menurut penulis, adalah kecerdasan dan kreativitas sang tokoh menyuguhkan beragam filosofi dan metode smart menjalani hidup bermutu, dan bernilai tambah tinggi. Meski ia dibesarkan dipusat kapitalisme dunia, namun filosofi Sukses dimata sang tokoh ini bukan melulu soal akumulasi prestasi demi prestasi material, kekuasaan atau tahta raihan seseorang. Hakikat kesuksesan seseorang baginya juga harus meliputi- Sejauh mana capaian sukses seseorang selaras dengan kebenaran dan juga harus mampu mengembangkan potensi terbaik diri kita, serta orang disekitar kita.



Pandangan senada disampaikan oleh Azim Jamal penulis buku Mystic Corporate, juga seorang motivator bisnis kelas dunia. Tokoh yang melakukan studi mendalam tentang kehidupan para sufi ini menemukan kiat jenius menjalani hidup penuh makna yaitu menyelaraskan misi corporasi dengan misi pribadi. Dalam bukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Mizan, tokoh ini menulis tips jitunya menjalani hidup penuh makna sebagai berikut:

1. Saya sandingkan kerja saya dengan misi hidup saya

2. Saya paham kalau saya adalah sebuah instrument yang mengambil satu hal dari satu tangah dan memberi dengan tangan lain

3. Hidup adalah wilayah yang perawan-saya nyaman dengan hal-hal yang belum saya ketahui

4. Saya berusaha keras dan sabar-saya bisa berhasil.

5. Saya sanggup mengambil risiko untuk menemukan kebenaran.

6. Saya tidak khawatir dengan kebijakan konvensional

7. Saya merangkul semua orang terkasih di dalam tim saya

8. Takdir saya adalah perjalanan saya.



Luar biasa, menjalani hidup hidup makna setiap saat, penuh inspirasi dan motivasi ditengah deraan hidup menjadi barang mewah saat ini.

Warga kota yang setiap saat berkejaran dengan waktu, target dan interupsi klien tentu tak mudah menjalani hidup penuh gairah setiap saat. Betapa dengan mudahnya kita terkungkung oleh rutinitas kerja yang seringkali justru membuat hidup menjadi begitu kering, hampa dan melelahkan.

Namun sebagaimana dicontohkan para tokoh sukses kelas dunia tersebut, menjalani hidup penuh makna ditengah lautan aktivitas kerja bukan sesuatu yang mustahil. Kata kuncinya tergantung pada manajemen hidup kita sendiri. Sebagaimana saran Stephen Covey, kita harus membiasakan untuk rehat sejenak, sambil menarik nafas segar untuk mengumpulkan tenaga. Dan atau seperti Nasehat bijak Azim Jamal, yang kita butuhkan sesungguhnya adalah keyakinan diri yang penuh akan keselarasan dari kinerja kita dengan titah ilahi.

Jika kedua nya berpadu, insya Allah, kita bisa menjalani setiap detik usia dgn bergairah, bagaikan menghabiskan malam bersama kekasih alias smart dan ceria setiap waktu. Sukses selalu buat sahabatku Tercinta, Mohon maaf lahir bathin atas segala khilaf dan kesalahan kami. Selamat menjalani kegiatan baru pasca ramadhan.
( DH ismail Penulis buku rahasia sukses para juara & etos bisnis tiada merugi-Disarikan dari berbagai sumber )

Baca selengkapnya......

Rabu, 08 September 2010

KENAPA INDONESIA BUTUH MINIMAL 10 JUTA PENGUSAHA ?



Menurut Sudhamek Agung dari Garuda Food, Peran strategis seorang pengusaha juga dapat dilihat dari peranannya sebagai agent of sosial change ( Agen perubahan sosial). Dimana perilaku atau kinerja seorang pengusaha dalam suatu usaha akan melahirkan nilai baru. Nilai tersebut akan ditiru oleh karyawan dan dibawa pulang kelingkungan masing-masing.

Bisa dibayangkan jika seorang pengusaha sukses yang memiliki nilai dan etos kerja professional tersebut memiliki 1000 orang karyawan dan masing-masing karyawan memiliki 5 anggota keluarga dan masing-masing menerapkan dengan baik sistem nilai baru yang positif yang didapatnya selama bekerja di perusahaannya, maka akan terjadi perubahan perilaku positif terhadap 6000 orang.

Illustrasinya adalah sebagai berikut:
1 Pengusaha Sukses = memiliki 1000 orang pekerja Unggul x 5 anggota keluarga ( 6000 org )
1 Pengusaha = setara dengan 6000 Orang( Pekerja + 5 Anggota Keluarga)

Bayangkan bila pengusaha tersebut berhasil mentransformasikan kinerja ungggul, nilai positif, karakter par -Excellent kepada karyawannya dan karyawan membuat nilai positif tersebut kedalam rumah tangga dan lingkungannya.

Kemudian, mari kita bayangkan juga kalau pengusaha tersebut mampu menerapkan etos bisnis par-excellent Goodcorporate Governance ( Tata kelola usaha yang terbaik ) dan CSR, maka dampak positifnya bagi kesejahteraan ekonomi karyawan, anggota keluarga dan lingkungan sosial disekitar perusahaan akan signifikan. Belum lagi kita bicara Pajak, royalti, kemitraan dengan UMKM dan riset bersama dengan Perguruan tinggi dan lain sebagainya.

Bagaimana jika jumlah pengusaha unggul bangsa kita sejumlah 2% dari total penduduk 230 Juta Jiwa, Yakni sekitar 6 Juta orang? Seperti apa Implikasinya dari segi kesejahteraan dan transformasi etos dan nilai keunggulan?

Illustrasinya adalah: 6 Juta Pengusaha Tangguh x 1000 Karyawan= 60 Juta warga bangsa kita akan berkinerja unggul atau memiliki etos entrepreneurship, sejahtera secara ekonomi dan diperkirakan akan mewarnai lingkungan masyarakat bangsa ini. Dalam jangka panjang sebagaimana dikatakan oleh Thomas L. Harrison tiga unsur yang mempengaruhi proses reproduksi pengusaha Tangguh yakni: Genetika, Cara berfikir dan lingkungan yang kondusif akan terbentuk dengan sendirinya seperti yang terjadi di Amerika Serikat.

Bagaimana bila jumlah pengusaha tangguh kita mencapai 10 juta orang?

inilah implikasi positif lainnya dari pengusaha sebagai agent perubahan sosial yang efektif.
Bagaimana menurut sahabat sekalian?
Puluhan komentar tentang tulisan ini dapat dilihat:
http://www.facebook.com/notes.php?id=1098793217#!/note.php?note_id=135372313160759

Baca selengkapnya......

SAATNYA KAUM MUDA BERWIRAUSAHA




Pembangunan memang belum berhasil mensejahterakan seluruh masyarakat bangsa ini dalam usia 65 Kemerdekaannya. Namun demikian bukan berarti kemajuan tidak ada disana-sini. Kami menjadi saksi atas berbagai kemajuan yang telah dicapai bangsa ini.


Banyak kemajuan yang telah kita capai. Kini demokrasi sudah mulai tumbuh. Dulu kita takut berbicara secara terbuka. Dulu kita gemetaran menyampaikan kritik terhadap pemimpin kita. Tapi kini semuanya bebas sebebas-bebasnya. Sayangnya dalam banyak hal, seringkali kita keliru dan bahkan cenderung menggunakan kebebasan tersebut secara kurang bertanggung jawab.


Yuk, kita amati sejenak saja, bagaimana luapan ekspressi kebebasan masyarakat kita di dunia maya. Caci maki dan kritik tak bertanggung jawab menyembur dimana-mana.


Sebagai warga biasa, kami seringkali terkaget-kaget betapa " galak"nya masyarakat kita. Kok seenaknya menyemburkan cacian tanpa tedeng aling-aling dan itu dialamatkan kepada seseorang yang sedang kita percayai sebagai pemimpin.

Ironisnya lagi banyak dari para pengkritik itu adalah anak-anak muda, terdidik, sarjana dan cerdas pula. Saudara kita ini lupa diri bahwa ketika dia sudah menjadi sarjana dia juga merupakan elit negeri ini. Ingatlah sarjana direpublik ini tak lebih dari 1-5 % dari total penduduk.


Jadi siapapun yang berpedidikan sarjana, otomatis dia pemimpin yang seharusnya memiliki komitmen moral untuk berbagi sukses dengan mayoritas penduduk kita yang umumnya hanya tamat SD dan SMP.


Namun sayangnya banyak dari anak muda kita tersebut yang memilih untuk tidak mensyukuri anugrah intangible asset dalam dirinya dan selalu mengukur kesuksesan dari materi. Melihat kesenjangan yang terjadi dia kalap dan memilih untuk jadi tukang kritik tanpa merasa bertanggung jawab untuk sekedar urun rembug mengatasi masalah dilingkungannya. Kasihan orang tuanya yang telah banting tulang membiayai sekolahnya.

Kesenjangan ekonomi memang jadi isu yang seksi untuk digunakan menyulut konflk dan mempertajam perbedaan. Padahal kesenjangan itu adalah masalah laten seluruh bangsa terutama dunia ketiga.

Yang ingin penulis tekankan pada diskusi kali ini, adalah lebih baik para pemuda terdidik tersebut menjadi pioner kewirausahaan dilevel grasroot atau menjadi pendamping masyarakat dalam membuat proposal, membuat tata buku sederhana, dll.



Pemerintah mulai pro bisnis

Kini Pemerintah kita sudah mulai pro wirausaha. Banyak program pemerintah mulai dari KUBE, Koperasi pemuda, life skill, dl yang didedikasikan kepada warga masyarakat yang mau jadi pengusaha. DUnia usaha dan BUMN kita pun mulai memberikan perhatian besar bagi tumbuhnya tunas wirausaha muda. Ada dana CSR, PKBL, KUR, dll yang bisa dijadikan peluang sukses bagi generasi muda.

So, Yuk kita gunakan kesempatan emas tersebut untuk mengembangkan potensi terbaik kita. Saatnya Kaum muda utk menciptakan pekerjaan dan mandiri diatas kaki sendiri. Hanya bila setiap kita mau saling berkontribusi utk kebaikan diri, keluarga dan lingkungan, maka mimpi bersama kita untuk melihat Indonesia yang lebih baik menjadi kenyataan.

Jadi sempatkan sillaturahmi keinstansi yang kami sebutkan diatas dan tanyakan peluang apa yang bisa anda dapatkan. Curhat lah kepada mereka, niscaya mereka juga akan degnan senang hati membantu.


INI sekedar CURHAT saja sdrku. Maafkan atas segala kekurangan dan salam hangat untuk semua.

Baca selengkapnya......

KARYAWAN BERVISI WIRAUSAHA





Setelah menyeleksi kelengkapan administrasi, ketersediaan lowongan posisi diperusahaannya, dan melakukan test psikologi serta pit and propert test yang ketat akhirnya seorang bos turun langsung untuk melakukan final interview kepada calon manajer baru diperusahaannya.

" Berapa Gaji yang anda harapkan sehingga anda bisa fokus mengurusi usaha kami ini, termasuk memberikan waktu terbaikmu ketika dibutuhkan oleh perusahaan"? Tanya seorang pengusaha kepada calon manajer barunya - seorang anak muda, lulusan cumlade dari sebuah perguan tinggi elit dan juga pernah berpengalaman menjadi manajer diperusahaan lainnya.



Merasa bahwa Gaji yang diharapkan telah dituliskan dalam lamaran pekerjaannya, sang pemuda itu bingung untuk menjawab. Bukankah seharusnya sang pemilik usaha tersebut seharusnya, terlebih dahulu membaca jumlah gaji dan fasilitas yang diajukannya tersebut, sebelum membaca kelengkapan administasi yang lain, dan memanggilnya, pikirnya dengan kaca mata seorang karyawan.

" Maaf pak, kami sudah tuliskan jumlah gaji yang kami harapkan dalam lamaran kami" jawab calon manajer tersebut berkilah.


" Lho itukan gaji untuk seorang karyawan, bukan untuk manajer. Yang kami butuhkan adalah seorang manajer yang siap bekerja all out untuk kemajuan usaha ini dengan memberikan nilai tambah. Kami memerlukan ketegasan saudara: kenapa anda mengajukan jumlah gaji sebesar itu dan fasilitas sebanyak itu. Kontribusi apa yang bisa anda berikan untuk kemajuan usaha ini?". Tegasnya

Sang pemuda ini masih diam membisu.......

" 5 kali dari gaji yang anda ajukan pun dapat kami penuhi, asalkan anda bisa menyakinkan kami bahwa kontribusi anda lebih besar bagi kemajuan usaha ini-ketimbang kewajiban perusahaan untuk membayar anda " tegas sang Pemilik itu.

Sang pemuda itu diam seribu bahasa. Ia kecele. Baru kali ini ia mendapatkan big bos, setegas orang tua yang hanya tamat SLTA tersebut. Dia pikir dengar modal gelar Master yang menempel dinamanya serta deretan panjang pengalaman kerja dari satu perusahaan-keperusahaan lainnya, ia dapat mendikte sang Pemilik usaha yang tak sempat menikmati bangku kuliah tersebut.

Singkat cerita, sang calon manajer gagal menyakinkan sang Pemilik usaha tersebut karena ia tidak memahami visi dan mindset seorang pengusaha sejati dan hukum bisnis berbasis nilai tambah.

Sahabat Indonesia Yang SMART !

DIkantor anda, diperusahaan tetangga, ada ribuan bahkan jutaan karyawan bahkan manajer yang menggangap bosnya orang bodoh, bisa didekte, bisa diakali dan dieksploitasi. Barulah ketika seorang karyawan atau manajer tersebut terpaksa merintis usaha sendiri, baru dia sadar betapa hebatnya bos nya dahulu.

Kegagalan memahami visi dan mindset seorang pengusaha dan tiadanya spirit kerja sebagai ibadah dan aktualisasi diri serta ketiadaan mimpi atau cita-cita sang karyawan untuk menjadi pengusaha, merupakan penyebab rendahnya produktivitas kerja karyawan yang berimplikasi langsung terhadap rendahnya daya saing dunia usaha bangsa ini.


Mindset karyawan adalah barter waktu dengan Uang. Sementara mindset seorang pengusaha, adalah how to making sustainable profit ( membuat keuntungan perusahaan secara berkesinambungan ) dengan cara membuat nilai tambah yang indikatornya adalah produktivitas tim.

Siapapun yang bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sang pengusaha akan rela berbagi keuntungan dengan orang tersebut tanpa peduli latar belakang seseorang. Pengusaha menyadari betul bahwa usahanya hanya akan bisa bertahan dalam gelombang kompetisi hanya apabila ia dan timnya mampu membuat perusahaan bertumbuh dan membuat produk berkualitas- yang tentu saja membutuhkan tim kerja handal, tangguh, cerdas, berdedikasi serta mencintai perusahaan tersebut.

Kerja adalah Medium Pembelajaran bisnis Terbaik
Problem diatas semestinya tidak perlu terjadi, jika saja sejak awal seseorang melamar kerja disebuah perusahaan telah memiliki cita-cita untuk menjadi pengusaha ( belajar bisnis diperusahaan orang lain dan dengan modal orang lain), bukan semata-mata mencari pekerjaan ( barter waktu dan tenaga demi uang).

Seorang karyawan yang memiliki visi seorang pengusaha, ia akan jeli mengamati detail kegiatan usaha. Ia akan rajin mendokumentasikan setiap data dan fakta sebagai modal nya kelak ketika merintis usaha. Seorang karyawan bervisi wirausaha akan dapat menghargai lembar demi lembar kertas dikantornya, tetes demi tetes tinta dikantornya, melayani konsumen dengan sebaik-baiknya serta membangun networking terbaik dengan karyawan dari divisi lainnya dan last but not terus menerus meningkatkan kesempurnaan pekerjaannya untuk kesuksesan perusahaan.

Karyawan tersebut juga diam-diam akan menghitung, bahwa jumlah kontribusinya harus lebih besar daripada gaji dan fasilitas yang ia terima setiap bulannya. Singkat nya ia ingin menjadi Lebah yang memberikan madu bagi perusahaan tersebut bukan benalu yang membuat usaha bos nya bangkrut.

Bila karyawan sebuah perusahaan, kualitasnya seperti diatas, Mari bertaruh, karyawan semacam itu ketika akan mengundurkan diri dari perusahaan, maka bosnya akan menolaknya.

Namun bila tetap kekeuh untuk keluar, maka sang bosnya akan menawarkan jabatan yang lebih tinggi, atau reward yang lebih besar. Dan Bila dengan semua tawaran tersebut juga masih gagal untuk menahan sang karyawan idaman tersebut, sang Pengusaha tersebut akan rela untuk merogok koceknya dan memodali karyawannya tersebut untuk mendirikan usaha baru ( Joint bisnis ). Semoga Bermanfaat !


Komentar tntang tulisan ini lihat:
http://www.facebook.com/notes.php?id=1098793217¬es_tab=app_2347471856#!/note.php?note_id=144205988944058

Baca selengkapnya......

Senin, 06 September 2010

Peringatan 65 Thn NKRI sebagai titik balik kebangkitan Bangsa



Peringatan 65 tahun Kemerdekaan RI, tampaknya akan menjadi titik balik bagi kebangkitan NKRI. Tanda-tanda kearah itu dapat dilihat dari semakin tingginya gairah sukses dikalangan rakyat dan semakin tingginya keinginan generasi muda dan warga untuk menjadi Pengusaha.

Lihatlah kini diskusi-diskusi kaum muda di Media Maya. Lihat juga beragam kritik mereka atas dominasi pengusaha asing dibidang pembangunan SDA strategis serta otokritik mereka atas lemahnya sumberdaya manusia unggul yang tidak kompatibel dengan kompetisi global - tampak mewarnai diskusi diberbagai situs tersebut.

Yang juga patut diapresiasi dari tanda-tanda kemajuan tersebut, adalah tumbuh trend kenegarawanan dikalangan masyarakat kelas menengah tersebut. Mereka tidak lagi terjerembab pada politik " cuci tangan" atau politik " lempar batu sembunyi tangan" yang selama ini mewarnai perdebatan mereka.

Cara-cara licik menghakimi penguasa dan menghakimi pemerintah tanpa dukungan data dan fakta yang utuh tampaknya mulai ditinggalkan dan digantikan dengan menyusun inisiatif bersama untuk bersinergi dengan pemerintah, dunia usaha dan menggelorakan semangat kemandirian dan kemajuan.

Fenomena baru ini hemat penulis disebabkan adanya kesadaran para pejabat dan pemimpin Politik untuk membuka dialog dengan rakyat. Tak sedikit Pejabat elit yang memandang media baru ini sebagai cara smart utk mendeteksi aspirasi rakyat.

Malah tak sedikit petinggi publik yang bersedia berdialog dengan para face booker, mejawab tuduhan, membela diri, menjelaskan kebijakan hingga melakukan edukasi dan bahkan menagih kontribusi face booker untuk juga memberikan kontribusinya utk bangsa.

Berbagai kemajuan demokrasi tersebut, serta tumbuhnya kesadaran warga untuk bertanggung renteng membangun bangsa, menjadi pemicu tumbuhnya ledakan kreativitas warga.

Luar biasa. Ketika kami menuliskan artikel ini, kami baru saja berkumpul dengan puluhan wartawawan, aktivis, pengusaha muda dan politisi muda untuk membangun forum komunitas sang Guru bangsa. Kami juga mendapat undangan untuk membentuk chapter-chapter pemberdayaan masyarakat di beberapa provinsi dan kabupaten, kami juga menerima udangan untuk bergabung dengan beragam grup kreatif lainya seperti: grup CSR, GRup Wirauasaha, grup training pengmbangan diri, grup Pecinta buku bermutu dan gurp tehnologi tepat guna, training center dan banyak prakarsa kreatif lainnya.

Melihat fakta yang membahagiakan ini, mengingatkan penulis atas pernyataan seorang motivator hebat asal Singapura yang lebih memilih untuk membuka cabang Trainingnya di Indonesia ketimbang di Malsysia- padahal negeri jiran yang sedang panen hasil pembangunan tersebut telah menawarkan berbagai kemudahan kepada sang motivator tersebut.
Dia katakan, " Gairah sukses di kalangan warga Indonesia sedang bertumbuh dan itu merupakan potensi bisnis motivasi dan training yang hebat. Sementara di Malaysia sedang tumbuh generasi ugal-ugalan, generasi penikmat pembangunan sebagai akibat dari ledakan hasil pembangunan karya orang tuanya. Sebagai motivator, kami lebih percaya bahwa sukses itu datang dari dalam diri bukan akibat paksaan atau rayuan dari luar ( eksternal). Fungsi motivator sejati sesungguhnya hanyalah merupakan mitra belajar" tegas sang Motivator tersebut.

Yes, sang motivator itu betul. Rakyat Indonesia kini sedang demam sukses, demam motivasi, puber aktualiasi sehingga beragam club -club pengembangan diri- klub wirausaha bagi jamur di musim hujan dan umumnya dipenuhi oleh para warga peminatnya.

Mengakhiri catatan sederhana ini, ingin rasanya penulis mengutip ungkapan seorang sahabat muda penulis yang juga seorang psikolog dan motivator yang dengan tegas menyatakan doa amalannya yaitu: " Tuhan tolong jangan cabut nyawaku sebelum aku berhasil membuat satu kontribusi untuk mensejahterakan bangsaku".

Kami tersentak kagum mendengar ungkapan heroik pemuda berusia tiga puluh tahun tersebut seraya berdoa dalam hati, Amin -Amin dan berikan lah Ya Tuhan kekuatan lahir bathin bagi penulis untuk juga bisa memberikan kontribusi yang sama dibidang kewirausahaan. Kami percaya ungkapan Prof M. Yunus " apabila masalah sosial tinggi disuatu negara masalah solusinya adalah kewirausahaan".

Sudaraku, apabila setiap anak negeri punya mission dalam hidupnya seperti sang psikolog muda diatas, niscaya kita akan melewati detik demi detik waktu kita untuk berkarya, membuat nilai tambah bagi kebaikan diri, keluarga komunitas dan Bangsa.
Kami juga meyakini, peringatan 65 tahun kemerdekaan RI akan jadi titik balik bangsa ini untuk meraih kejayaannya. Dirgahayu ke 65 NKRI.

Baca selengkapnya......

Minggu, 01 Agustus 2010

INSPIRASI SUKSES DARI OBAMA ANAK MENTENG




Foto Penulis dan Tety Muhithoh bersama Hasan Faruq Ali ( Barry) sang pemeran Obama Anak Menteng


”Perubahan bukan Slogan kosong yang datang dari atas, tetapi dari pengalaman berpolitik di akar rumput” (Barack Obama)

” Didiklah anak-anakmu dengan sebaik-baik pendidikan, karena mereka dilahirkan untuk zaman mereka. Zaman yang tantangannya jauh lebih kompleks daripada apa yang kini kita hadapi” demikian nasehat bijak para orang sukses.

Untuk maksud tersebutlah, tulisan berjudul Obama Anak Menteng, kiranya dapat menjadi dongeng pengantar tidur bagi anak-anak kita, menjadi bacaan dan bahan diskusi bagi pelajar dan inspirasi bagi politisi kita.

Pesona Obama sangat luar biasa. Lihatlah motto sukses nya berikut ini: ”Perubahan bukan Slogan kosong yang datang dari atas, tetapi dari pengalaman berpolitik di akar rumput”
Luar biasa. Jika semua politisi kita berkarakter seperti Obama, niscaya dunia politik tidak akan kekurangan kader. Krisis kepemimpinan yang hingga kini masih saja menggelayuti bangsa ini akan dapat segera diatasi.

Jika semua anak-anak bangsa berani bermimpi serta mengikuti jejak kejuangan pantang menyerah ala Barack Hussein Obama, niscaya bangsa ini akan menjadi pemimpin Dunia atau minimal Pemimpin Asia pada tahun 2040.

Belajar dari yang Terbaik
Kenapa kita harus bangga dan perlu belajar dengan Obama? Kebanggaan kita terhadap prestasi Obama tak hanya karena kita memiliki hubungan emosional dengannya yang pernah tinggal di Indonesia. Tetapi lebih dari itu, Barack Husein Obama adalah contoh kongkrit, teladan nyata seorang anak manusia yang berasal dari keluarga biasa, keturunan kulit hitam lagi, pernah tinggal 4 tahun di Indonesia dan berani bermimpi besar menjadi presiden Negara Adidaya dunia. ( Soal tragisnya kehidupan Obama di Jakarta hingga pernah menjadi korban Narkoba dan suka duka perjuangannya baca Bukunya edisi Indonesia; Barack Obama Menerjang Harapan- Dari Jakarta Menuju Gedung Putih, Ufuk Press 2008).

Tak hanya berani bercita-cita, Obama juga berani bersusah payah memperjuangkan cita-citanya secara bertahap, berjenjang, (persis seperti yang umumnya kita alami) dalam menata rumah tangga yang penuh kesederhanaan, membangun karier dari nol, tingkatan paling rendah dan fokus mengembangkannya dengan kerja keras pantang menyerah (persisten) walaupun kadang-kadang harus menerjang mara bahaya.

Bedanya, Obama dengan orang kebanyakan kita, ia penuh perhitungan, kesabaran, ketekunan, keuletan, berani malu, siap diejek bahkan dilecehkan tapi tidak pernah marah dan lust but not least Barrack Obama sangat jujur terhadap diri dan masyarakatnya.

Tempaan perjuangan tersebutlah hemat kami yang membuatnya tetap rendah hati. Ia tidak pernah berubah sikapnya meskipun kariernya telah menanjak.

Kini, mantan anak Menteng itu telah menjadi Presiden Termuda Amerika. Saya dan anda tentu tak ingin melewatkan momentum berharga penuh inspirasi bagaimana Obama melewati masa kecilnya, bagaimana Obama dididik oleh kedua orang tuanya, dan bagaimana warna Indonesia ikut membentuk Kepribadian Sang Presiden Negara Superpower tersebut.
So, Yuk Belajar dari Yang terbaik !
Jika inspirasi terhebat ini tak mampu lagi kita jadikan pelajaran, lalu, kapan serta kepada siapa lagi kita akan belajar kesuksesan dan etos kejuangan menggapai impian?

Baca selengkapnya......

Minggu, 18 Juli 2010

Bekerja dulu atau langsung terjun menjadi Pengusaha?

Kami banyak mendapat pertanyaan dari para sahabat muda Indonesia tentang kegamangannya dalam menentukan sikap: apakah bekerja dulu atau langsung terjun memulai usaha.

Pertanyaan ini sangat cerdas, karena memang ada pandangan yang mengatakan, " Kalau mau kaya ( jadi pengusha), buat apa sekolah?" Sebaliknya ada juga pandangan yang mengatakan," ini era globalisasi bung, Kalau mau sukses otentik harus Cerdas berusaha dan baru kemudian buka usaha".

Kedua Pandangan diatas masing-masing mengandung kebenaran dan juga punya kelemahan. Kenapa? Umumnya sarjana, seringkali ragu-ragu memulai usaha dari nol. Sebab para sarjana seringkali telah mendapat tawaran bekerja dengan gaji cukup menggiurkan. Sementara itu berwirausaha pada tingkatan self bisnis, seringkali harus bekerja keras, full time dengan resiko belum tentu mendapat penghasilan sebesar bila ia langsung bekerja dan seringkali hal itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Namun, sebagai pengusaha, penulis menyarankan kaum muda, bahwa keduanya bisa tetap dipertemukan. Artinya, boleh juga bekerja sambil mengumpulkan modal, tetapi sekali lagi dengan niat untuk terjun menjadi pengusaha bila modal dan pengetahuan sudah terpenuhi.

Ketika bekerja itulah anda menabung sebagian penghasilan, menyisihkan sebagian penghasilan untuk membeli buku2 wirausaha, menfoto copy berbagai sistem bisnis, membangun jejaring, dan mendalami jenis bisnis yang kelak akan anda buka.

Hal tersebut penting anda miliki bila anda terpaksa harus memulai bisnis sendiri, dan atau bila anda tidak menemukan pengusaha yang berpengalaman sebagai partner bisnis.

Nasehat ini tentu tidak berlaku bagi mereka yang memang memiliki genetika pengusaha ( keluarga pengusaha ), karena sistem bisnis ini umumnya telah dimiliki oleh keluarga atau orangtuanya atau pengusaha pemula yg punya modal memadai, karena bisa mempekerjakan manajer bisnis yg berpengalaman.

Tantangan terbesar pengusaha pemula yang tidak memiliki genetika pengusaha dan modal pas-pasan adalah pada tahap administasi dan manajemen usaha khususnya yang berlaku standar bagi perbankan dan Kepemerintahan.

Umumnya pelaku usaha kecil kita senang bekerja one man show dan mengabaikan sistem bisnis dan terutama sistem administrasinya. inilah yang membuat Perbankan dan Pemerintah Kesulitan untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha ini.

Kembali kepada pertanyaan awal, apakah bekerja dulu atau langsung terjun menjadi pengusaha?
Jawabannya adalah tergantung pada kesiapan anda. Bila anda meyakini telah memiliki kecakapan membuat suatu produk yang bernilai tinggi, mengetahui pasar usaha anda, dan modal finansial ala kadarnya, dan tentu saja kesiapan mental yang paripurna, silahkan terjun langsung menjadi pengusaha- sambil terus belajar melengkapi kekurangan anda. Idealnya temukan fartner bisnis yang bisa membimbing anda.

Sebaliknya kalau anda belum memiliki hal tersebut, saran kami tak ada salahnya anda magang, atau bekerja terlebih dahulu. Boleh diperusahaan kecil dan boleh juga diperusahaan besar.

Saran terbaik kami, motivasi menjadi pengusaha tidak memadai hanya untuk motivasi kebebasan material, tetapi juga kebebasan waktu yang bisa membuat anda bebas mengembangkan potensi terbaik anda. Dengan kebebasan waktu yang anda miliki, anda bisa bebas bertemu dengan guru sukses yang anda kagumi, anda bebas berorganisasi dan bebas bertemu dengan banyak sahabat yang akan membuka pikiran anda dan memperluas pergaulan anda.

Apalagi bila anda juga cukup cerdas membangun tim manajemen yg bisa membantu anda menggantikan operasional bisnis anda bila anda sedang berhalangan, sehingga anda bebas belajar dan kuliah lagi atau menuliskan pengalaman anda. inilah yang kini kami alami setelah sekian lama fokus membangun sistem bisnis, membangun pelanggan sebagai basis fondasi kesuksesan bisnis kami.

Salam hangat dan salam sukses, penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana membangun bisnis, apa saja kegagalan yang seringkali menjebak para pebisnis pemula serta tingkatan bisnis dapat anda baca dalam buku: yuk Jadi pengusaha, etos bisnis tiada merugi peta jalan menjadi pengusaha sukses. Buku ini suddah beredar ditoko buku kesayangan anda, diterbitkan oleh Penerbit Khalifa Grup Alkausar dengan distributor Agromedia. Bagi anda yang ingin membangun karis sebagai Karyawan Professional anda dapat membaca buku kami:rahasia sukses para juara ( roadmap to success and Happinest )

Komentar dan pertanyaan anda dapat disampaikan melalui forum ini atau melalui email:dhismail_msi@yahoo.com
Salam hangat dan salam sukses selalu. Jakarta, 18 Juli 2010

Baca selengkapnya......

Senin, 07 Juni 2010

Pesona Rachel Corrie dan Impian Sukses Amerika

Nama Wanita Cantik itu Rachel, Mahasiswi AS. Usianya saat itu 23 Tahun. Namun impian Amerika telah melekat dalam alam bawah sadarnya, bahwa sekali hidup harus sukses dan cara terbaik meraih impian sukses adalah sleep & dream dengan impian tersebut. Meski bukan muslim, hatinya tersentuh penderitaan warga Palestina. Gadis itu pun cuti dari kuliah & bergabung dalam solidaritas kemanusiaan yang dilakukan Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) yang kemudian menerbangkannya ke Gaza.

Namun, apa lacur, ketika aktivis hebat ini mencoba menghalau bulldozer Israel yang mencoba meratakan pemukiman Palestina di Gaza-dengan cara tidur di Jalanan yang panas ( tameng hidup), Badannya remuk dilindas buldozer Israel. Wanita cantik ini meninggal sebelum sempat menamatkan studinya, dan menggapai level tertinggi cita-cita nya. Tapi itulah mistery kehidupan . Meski ilmu tidak sehebat prof dikampusnya, takdirnya mengatakan bahwa ia telah menjadi legenda perlawanan terhadap kezaliman Israel. Namanya berkibar-kibar justru setelah beberapa tahun lalu ia meninggalkan kita. Pemimpin Palestina Yasser Arafat saat itu merasa perlu untuk berterima kasih secara khusus dengan Craig, ayah Corrie dan mengatakan, "Dia putri Anda, tapi sekarang, dia juga putri Palestina." Rachel Corrie kemudian diabadikan menjadi nama jalan di Ramallah, Tepi Barat. Bahkan menurut Catatan Tempo, sejak kematiannya, Rachel Corrie menginspirasi lebih dari 30 lagu dari berbagai musisi, seperti Patti Smith dan Ten Foot Pole. Jurnal dan surat elektroniknya dijadikan lakon drama dengan judul "My Name is Rachel Corrie". Lakon ini telah diterbitkan dalam bentuk buku dan dimainkan di sepuluh negara, termasuk Israel. Rekan-rekan nya pun di Gerakan Pembebasan Internasional mengabadikan nama Rachel Corrie di kapal milik mereka. Kapal berbobot 500 ton dan panjang 625 meter dibeli Gerakan Pembebasan Gaza seharga 70 ribu Euro atau sekitar Rp 840 juta dari sebuah lelang di Dundalk, Irlandia, 30 Maret lalu. Kapal inilah yang berupaya menembus keangkuhan Tentara Bintang Daud. Gunawan Muhammad sang kolomnis ternama di Indonesia pun terispirasi untuk mengabadikan icon perjuangan anak muda tersebut. Dalam sebuah catatan pinggirnya Gunawan menulis, “Rachel Corrie yang ada di surga, selalu kembalilah namamu. Semoga selalu kembali ingatan kepada seseorang yang bersedia mati untuk orang lain dalam umur 23 tahun, seseorang yang memang kemudian terbunuh, seakan-akan siap diabaikan di satu Ahad yang telah terbiasa dengan kematian.” Luar biasa. Menulis kisah ini untuk pembaca dan dikaitkan dengan American dream untuk menegaskan, bahwa seringkali kita berpikir bahwa hidup ideal itu adalah apabila kita berusia panjang. Itu betul, namun jauh lebih penting dari situ adalah pertanyaan, “ kontribusi apa yang bisa kita berikan kepada kehidupan ini dengan akumulasi usia tersebut?”. Bukankah umur terbaik adalah umur yang paling produktif dengan indicator kontribusi kita terhadap orang lain, bangsa dan dunia. Ini pula hemat penulis yang menjadikan Amerika sebagai Negara superpower tak tertekalahkan hingga detik ini. Bangsa yang kini dipimpin Alumni SD Menteng itu, kini, memiliki ribuan bahkan puluhan juta Rachel Corrie - yang sangat mencintai profesinya dan bahkan bersedia membayar dengan sangat mahal untuk kesempurnaan dan kesuksesan mewujudkan impiannya Bila menjadi aktivis, ia pilih aktivis kelas dunia, bila jadi pengusaha, ia piliha jadi pengusaha terbaik dan berkelas dunia dan demikian seterusnya. Singkat warga Amerika memiliki citra rasa diri kelas dunia. Mereka bukan tipe katak dalam terpurung yang lebih suka berdinamika dilingkungan sendiri dan itupula yang mengatarkan mereka jadi jawara dunia. ( DH.Ismail, M.Si, Penulis Buku Rahasia Sukses Para Juara ).

Baca selengkapnya......

Kamis, 20 Mei 2010

Membakar Dunia Batin Manusia

Buku karya DH Ismail ini adalah usaha menghidupkan dunia-dalam kita yang mungkin redup di balik timbunan kenyataan yang kita alami. Ia mencoba menunjukkan potensi dan daya kreatif manusia dalam situasi sesulit apa pun, menunjukkan juga bahwa memecahkan masalah ditentukan terutama oleh dunia-dalam dan daya kreatif manusia itu sendiri. Ini adalah jalan keluar yang coba ditawarkan untuk menghadapi situasi yang lebih banyak memadamkan dunia-dalam manusia, yaitu situasi yang mematikan kepercayaan pada hidup.

Sekali berarti
Sudah itu mati
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar)


Yang diperlukan Indonesia hari ini adalah kepercayaan pada hidup. Yaitu bahwa hidup sangatlah bermakna, berharga, dan karena itu selalu ada harapan di sana. Kepercayaan pada hidup dengan demikian adalah semangat untuk mengisi hidup itu sendiri dengan kesadaran penuh akan potensi diri pribadi di tengah makin tipisnya harapan akibat beban hidup yang kian berat. Kepercayaan ini kiranya perlu terus-menerus dibangkitkan bahkan dikobarkan, ketika situasi kita kini lebih banyak menguburkan harapan demi harapan hingga ke titik nadir yang amat menakutkan. Rasa putus asa pada sebagian masyarakat kita, yang antara lain ditandai dengan kasus bunuh diri akibat tekanan kemiskinan yang tak tertanggungkan, kiranya sudah sampai pada taraf yang amat mencemaskan. Mereka merasa, dalam lorong gelap yang seakan tanpa ujung, hidup hanyalah kesia-siaan. Dan, karena tak ada setitik pun cahaya di ujung jauh lorong gelap itu, maka mengakhiri hidup diambil sebagai pilihan pahit untuk memecahkan jalan buntu hidup yang terasa sia-sia.

Langkah ekstrem yang merefleksikan runtuhnya kepercayaan pada hidup ini patut kita renungkan dengan sungguh-sungguh hari ini. Sebab, berbagai langkah politik untuk meringankan hidup guna membangkitkan kepercayaan pada harapan di hari esok belum memberikan hasil yang bisa membatalkan anggapan bahwa hidup sia-sia belaka. Alih-alih, yang justru membentang di depan mata adalah kenyataan yang menyesakkan, yaitu tiadanya peluang dan kesempatan yang memungkinkan semua orang mengaktualisasikan diri secara memadai. Ketidaktersediaan peluang dan kesempatan ini, yang menunjukkan macetnya demokrasi sosial dan ekonomi kita, adalah faktor utama yang meruntuhkan kepercayaan pada hidup. Di samping itu, di banyak televisi kita, dengan mata telanjang kita menyaksikan kuis-kuis berhadiah yang dengan mudah memberikan hadiah ini-itu tanpa meminta keringat atau keahlian apa pun. Fenomena itu diam-diam menanamkan pandangan bahwa hidup memang tak memerlukan harapan, tak pula memerlukan etos dan kerja keras. Hidup hanya dan hanya keberuntungan belaka.

Lebih dari itu, di berbagai media pula hampir setiap hari kita menyaksikan para elit sosial kita melakukan berbagai penyimpangan moral dan sosial: main suap, sogok, korupsi, perempuan, dan lain-lain, dari bentuknya yang halus hingga yang kasar —dengan kadar penyinmpangan yang sangat mencengangkan. Semua itu pastilah memupuk frustasi sosial akan hidup-bersama sebagai sebuah bangsa, bahkan sebagai sesama manusia. Beban hidup kaum kebanyakan yang begitu berat, bahkan kian berat, ternyata tak mendapatkan solidaritas dari kaum elit yang secara sosial, politik, dan ekonomi sesungguhnya disokong oleh kaum kebanyakan itu. Dengan penyimpangan kaum elit yang dewasa ini berlangsung massif dan struktural di mana-mana, kaum kebanyakan bahkan tak mendapatkan sekadar sensitivitas dari kaum elit itu sendiri. Jika kaum kebanyakan yang menjadi penyangga kaum elit tak mendapatkan sensitivitas dan solidaritas dari kaum elit, adalah wajar kalau kaum kebanyakan merasa disia-siakan atau bahkan merasa dikhianati.

Sensitivitas dan solidaritas kaum elit sesungguhnya merupakan salah satu benteng kaum kebanyakan dalam mempertahankan diri dari ancaman kehancuran harapan dan kepercayaan mereka pada hidup. Ketika benteng itu sudah tak ada lagi, mereka akan merasa benar-benar hidup di tengah reruntuhan dan kehancuran, terutama secara sosial.

Yang tak kalah merisaukan —atau bahkan lebih merisaukan lagi— adalah kenyataan bahwa keruntuhan harapan dan kepercayaan pada hidup ini menjangkiti pula “kelas menengah” kita, kelas terpelajar, atau tepatnya mereka yang relatif beruntung secara sosial. Mereka memiliki modal yang relatif baik —pendidikan, sosial, dan budaya— namun mereka menemukan diri mereka sebagai tidak bisa mengaktualisasikan diri secara maksimal. Bukan karena hambatan di dalam diri mereka sendiri, melainkan karena kenyataan objektif di luar diri mereka yang bersumber dari kegagalan politik kita dalam membangun infrastruktur sosial dan ekonomi.
Dalam situasi seperti itu, dengan kepercayaan pada hidup yang masih tersisa, individu dituntut untuk kembali pada individu itu sendiri. Individu tak cukup lagi mempercayakan dirinya pada komitmen politik untuk hidup-bersama sebagai sebuah bangsa. Individu harus mempertahankan dan menyelamatkan dirinya sendiri dari kebangkrutan hidup. Dengan kata lain, dia harus menyelamatkan sendiri kepercayaannya pada hidup, tidak dengan mengharapkan tersedianya kenyataan objektif yang memungkinkan mereka mengaktualisasikan diri secara maksimal, melainkan dengan menggali sisi-sisi terdalam diri mereka sebagai manusia. Dia tidak bisa lagi melulu melihat ke dunia-luar dirinya, melainkan harus melihat ke dunia-dalam dirinya sendiri, dunia mana menyimpan energi luar biasa yang bisa memancarkan kekuatan dahsyat untuk menciptakan sendiri dunia objektif bagi aktualisasi dirinya secara maksimal.

Bagaimanapun, sukses hidup seseorang —apa pun definisi kita tentang sukses— pertama-tama ditentukan oleh dunia-dalam dirinya sendiri: motivasi, keyakinan, semangat, etos, roh, spirit, optimisme, dan sejenisnya. Apa pun dasarnya, sekular atau relijius, dunia-dalam pastilah merupakan modal utama seseorang dalam mengembangkan diri untuk meraih sukses hidup. Masalahnya adalah bahwa manusia bagaimanapun selalu berhadapan dengan dunia-luar dirinya, yang sayangnya tidak selalu kondusif bagi dunia-dalamnya. Dalam konteks itulah dunia-luar kerapkali menciutkan energi dunia-dalam seseorang, yang di ujung titik ekstrimnya bisa melahirkan rasa kecewa dan putus asa. Dalam arti kata lain, energi luar biasa yang terkandung di dalam dirinya tersembunyi di balik timbunan pengalaman yang tidak menguntungkan.
Maka menghidupkan terus-menerus api dunia-dalam ini tentulah amat penting dan mendesak hari ini, apalagi dalam situasi ketika dunia-luar justru cenderung memadamkannya. Inilah api energi yang tetap hidup dalam diri seseorang, namun seringkali tidak disadarinya. Api inilah sesungguhnya yang akan membakar semangat untuk mengatasi dan memecahkan sendiri setiap masalah yang dihadapi. Api itu adalah energi kreatif dan produktif, yang bisa mengukur kemampuannya sendiri, dan karena itu akan mencari energi-energi lain untuk bersinergi memecahkan masalah yang tak mungkin ditanggung dan dipecahkan sendiri.

Buku karya DH Ismail ini adalah usaha menghidupkan dunia-dalam kita yang mungkin redup di balik timbunan kenyataan yang kita alami. Ia mencoba menunjukkan potensi dan daya kreatif manusia dalam situasi sesulit apa pun, menunjukkan juga bahwa memecahkan masalah ditentukan terutama oleh dunia-dalam dan daya kreatif manusia itu sendiri. Ini adalah jalan keluar yang coba ditawarkan untuk menghadapi situasi yang lebih banyak memadamkan dunia-dalam manusia, yaitu situasi yang mematikan kepercayaan pada hidup. Dengan demikian, dilihat dari konteks Indonesia hari ini, dimana hidup terasa kian berat dan kesulitan terasa tak mungkin dipecahkan, buku ini tentulah amat relevan guna memastikan kembali pentingnya kepercayaan pada hidup. Yaitu keyakinan untuk memecahkan sendiri masalah yang kita hadapi dengan memaksimalkan daya kreatif dan produktif yang kita miliki.

Di sini kita berjumpa dengan pembalikan paradigma: dari pandangan bahwa sukses ditentukan oleh situasi objektif di luar diri manusia ke pandangan bahwa sukses ditentukan justru oleh dunia-dalam manusia itu sendiri. Seseorang mencapai sukses bukan terutama karena struktur sosial dan budaya lingkungannya, melainkan pertama-tama karena struktur batin dan kerohaniannya yang menyala-nyala. Paradigma pertama hanya akan menciptakan ketergantungan; paradigma kedua niscaya akan membangun kemandirian.

Untuk membakar dunia batin kita, DH Ismail menggali berbagai sumber: pendapat para ahli motivasi, agama (Islam), pengalaman hidup para tokoh (agama, politisi, pengusaha, dll.), bahkan pengalamannya sendiri. Buku ini kiranya akan memberikan kita inspirasi dan spirit, bahwa —dalam kata-kata penyair Chairil Anwar yang terkenal— sekali hidup/ sudah itu mati, dan aku mau hidup seribu tahun lagi. Yakni, karena kita hanya hidup sekali, maka hidup kita harus berarti. Hanya setelah hidup kita berarti, kita boleh mati. Dengan hidup yang berarti itulah kita akan hidup abadi.

Demikianlah, buku ini mencoba menghidupkan kembali kepercayaan kita pada hidup. Mudah-mudahan kita senantiasa mendapatkan inspirasi untuk terus-menerus mengukuhkan kepercayaan kita pada hidup atas dasar daya kreatif dan produktif kita sendiri sebagai karunia Tuhan yang tak ternilai. Salam.***
Jamal D. Rahman, penyair, pemimpin redaksi majalah sastra Horison, komisaris
Visi Aulia Jaya.





Baca selengkapnya......

Selasa, 18 Mei 2010

AWAS VIRUS SUKSES!!


Kendalikan Pikiran dan Tetapkan Tujuan


Dalam kehidupan serba materialistik saat ini, sering kali kita terjebak dan bahkan salah mengukur kualitas kesuksesan seseorang berdasarkan pekerjaaan hari ini. Setiap berkenalan dengan orang baru, pertanyaan yang pertama kali diajukan adalah, "Anda dinas di mana?" Atau, "Apa pekerjaan Anda saat ini?" "Apakah pekerjaan tersebut mampu memuaskan hasrat ekonomi Anda?" dan seterusnya. Singkatnya, manusia modern mulai terjebak pada penuhanan materi dan menjadikan materi sebagai alat ukur kadar kemanusiaan seseorang. Manusia memang mahluk kerja, tetapi menjadikan pekerjaan seseorang sebagai satu-satunya indikator kesuksesan seseorang juga tidaklah bijaksana. Anda ragu dengan kesimpulan tersebut, bacalah kisah berikut ini:

Suatu hari, oleh karena sebuah kendala teknis yang benar-benar force major (darurat), kami pengelola sebuah media terpaksa, mengutus seseorang yang sehari-hari bertugas sebagai office boy di kantor kami untuk menggantikan salah satu wartawan kami yang terlambat masuk kantor karena sesuatu hal, padahal dia harus melakukan liputan kegiatan seorang Menteri. Kepada Office boy tersebut, kami memberikan tugas yang jelas serta peralatan kerja yang lengkap, yakni : sebuah kamera, kartu press serta undangan resmi dari humas departemen tersebut. Agar 'petugas' kami tersebut betul-betul mengetahui tugas barunya, kami bekali dia dengan catatan yang berisi rincian tugasnya, yakni: mendapatkan foto close up sang Menteri serta mengambil press release yang biasanya telah disediakan oleh pejabat humas departemen tersebut. Konsekwensinya, jika kedua tugas tersebut tidak berhasil didapatkannya, maka ia tidak perlu menampakkan batang hidung di kantor, alias jangan kembali, tegas redaktur pelaksana.

Dus, sang 'reporter' dadakan tersebut akhirnya berangkat menuju ke lokasi kegiatan dalam keadaan setengah ragu alias gemetaran. Ia pun meluncur dengan mengendarai motor ke wilayah pinggiran Jakarta, tempat di mana acara tersebut dilaksanakan. Apa yang terjadi pembaca yang budiman?
Sore harinya, tatkala tim redaksi sedang berkumpul untuk mengevaluasi liputan harian, sang 'reporter' dadakan tersebut pulang. Di luar dugaan kami semua, ia menyerahkan kamera serta press release, ia juga berhasil membawa dua tas berisi manual acara juga kaus dan jaket. Tak hanya itu, sang 'reporter' tersebut juga berhasil merekam pidato lengkap sang menteri serta sambutan beberapa tokoh dan dilengkapi dengan wawancara sang menteri yang ia lakukan bersama rombongan wartawan media lain selepas acara tersebut. Singkatnya, bahan baku tulisan yang diperolehnya dalam liputan tersebut benar-benar sempurna. Demikian juga dengan foto hasil jepretannya.

Melihat kinerja nan hebat tersebut, kami tak bisa menyembunyikan kekaguman kami. Bahkan teman-teman merasa bersalah karena terlambat mengenali potensi tersembunyi sang office boy tersebut. Penulis juga menyaksikan bagaimana wajah sumringahnya memancarkan aroma kebahagiaan saat kami berulang-ulang memujinya dengan tulus. Rasa percaya diri yang lama tertimbun oleh stigmatisasi office boy, langsung tumbuh mekar seketika. Ia seperti dilahirkan kembali.

Sejak kejadian tersebut, kami amati, hari-harinya menunjukkan prestasi demi prestasi. Semangat bekerjanya naik 180 derajat dan kualitas hidupnya pun menanjak drastis. Profesinya memang masih tetap sebagai office boy, tetapi ia dan kami, kini berbeda melihat dan memperlakukannya. Kami menyadari bahwa selama ini, ia hanya seorang yang sedang sial nasibnya hingga menjadi office boy, meski ia memiliki potensi dahsyat bagai mutiara terpendam lumpur.

Seiring perjalanan waktu, kini ia memiliki kebiasaan baru : Bila sebelumnya ia lebih banyak duduk dan bergaul dengan sesama office boy, kini ia mulai menjalin relasi dengan awak redaksi. Sekarang ia telah menetapkan tujuan baru dalam hidupnya yakni ingin menjadi fotrografer. Dengan tujuan barunya tersebut, ia hadir ke kantor lebih cepat dan pulang lebih malam hanya untuk memastikan bisa berbincang-bincang dengan tim redaksi. Sejak saat itu ia selalu merayu redaksi agar diberi kesempatan emas kembali untuk melakukan kegiatan serupa. Singkatnya, orang tua paruh baya yang telah puluhan tahun nrimo menjadi office boy tersebut, kini memiliki gairah hidup (passion) yang baru alias terkena virus ”candu sukses”. Kami juga mengetahui beberapa saat kemudian ia telah mengikuti kursus fotografi demi memekarkan impiannya. Ia benar-benar telah kecanduan atas prestasi.

Tiga bulan setelah kejadian tersebut, kami tak punya alasan lagi untuk menolak permintaannya. Kamipun menaikkan jabatannya dari OB menjadi fotografer. Dan seiring dengan tugas barunya tersebut, orang tua paruh baya tersebut telah mendapatkan impiannya sebagai fotografer. Dengan cepat ia belajar dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan idamannya, sehingga ialah yang paling siap menerima segala jenis tugas yang paling menantang, yang justru seringkali membuahkan kelezatan. Ketika wartawan senior lainnya mulai bosan dengan pekerjaannya, orang ini justru sedang berpesta ria dengan profesi barunya. Tak heran, ketika seorang seniornya harus dipecat dengan tidak terhormat, sang tokoh ini malah sedang sibuk menorehkan sejumlah prestasi baru. Ketika tulisan ini dipublikasikan, wartawan tersebut telah meliput beberapa kegiatan menteri bahkan sudah sering bersantap makan dengan beberapa tokoh–tokoh penting di republik ini. Wow, luar biasa bukan.

Fakta di atas membuka mata batin penulis; betapa jabatan atau pekerjaan seseorang tak senantiasa paralel dengan kualitas hakikinya. Di dalam sebuah sistem bursa sukses yang belum menerapkan asas merytokrasi dengan baik seperti di Indonesia, dan di mana ijazah pendidikan tinggi tidak selalu paralel dengan kualitas output-nya, terasa amat berlebihan jika menvonis kualitas hakiki seseorang dari jenis profesi yang disandangnya.

Mengendalikan Pikiran
True story di atas mengingatkan penulis akan kisah yang dituturkan oleh Ekchart Tolle, dalam 'The Power of Now' berikut ini.
"Seorang pengemis telah duduk di sisi jalan selama lebih dari 30 tahun. Suatu hari, seorang asing lewat."Punya uang receh, Pak?" gumam si pengemis, secara otomatis menjulurkan topi bassballnya yang sudah lusuh.
"Saya tidak punya apa-apa untuk Anda, "kata si orang asing." Kemudian, ia bertanya: "Apa yang Anda duduki itu?”. "Bukan apa-apa," jawab si pengemis. "Hanya sebuah kotak tua. Saya telah duduk di atas kotak ini sejak dulu. "Pernah melihat isi kotak itu?" tanya si orang asing. "Tidak," kata si pengemis itu. "Apa guna nya? Tidak ada apa-apa di dalamnya."
"Cobalah lihat,” desak si orang asing tersebut. Si pengemis mencoba membuka tutup kotak itu. Dengan keterkejutan, rasa tidak percaya, dan kegembiraan, si pengemis melihat kotak itu di penuhi emas.”

Mengomentari cerita di atas, Mark Viktor Hansen dan Robert G. Allen dalam bukunya 'Cracking the Millionaire CODE: Kunci Untuk Membuka Kekayaan Yang Tercerahkan', mengatakan, bahwa dalam setiap diri kita terdapat "kotak emas" yang masing-masing kita “duduki" dan bahkan lebih banyak daripada hal itu, namun sangat banyak di antara manusia yang tak menyadarinya.

Para ahli personal power dari berbagai sekolah kepribadian internasional malah menyebut potensi manusia yang sudah dimanfaatkan rata-rata baru 3 persen. Berarti ada 97 persen yang disia-siakan. Naif sekali bukan, kalau belum apa-apa kita sudah menganggap diri kita impoten?

Pandangan senada disampaikan Newman -penulis buku '10 Exciting Keys to Success'- "Kecenderungan pesimistis terjadi pada seseorang karena orang tersebut masih dikendalikan pikiran, bukan mengendalikan pikiran. Jadi kendali diri tak berada di tangannya, tetapi di tangan-tangan faktor eksternal yang dengan aktif mempengaruhi otak passifnya. Akibatnya, mereka tak pernah punya kemauan untuk menggali potensi diri, dan cenderung mempercayai saja apa yang dinyatakan otaknya. Orang sukses tak dikendalikan pikiran tetapi mengendalikan pikiran," tegas Newman.

Bila Anda berpikir bahwa Anda tidak berguna dan tidak sukses, maka Anda tidak akan pernah berguna dan menjadi sukses, alias pasrah menghadapi kehidupan seperti kisah si miskin di atas. Sebaliknya, jika Anda berpikir bahwa hidup Anda punya makna dan tugas khsusus yang mampu Anda darma baktikan bagi sesama, maka akan tumbuh sikap dan tindakan serta tekad yang membuat Anda benar-benar berguna dan menjadi sukses sebagaimana si fotrografer baru yang mantan office boy di atas. Jadi, kata kuncinya adalah bagaimana mengendalikan pikiran. Menurut Newman, cara mengendalikan pikiran di antaranya:
1. Membaca. Membaca adalah salah satu cara efektif mengendalikan pikiran. Dengan membaca, pikiran akan terlatih dan berkembang. Dengan membaca, Anda mendapat perbandingan informasi, kritis, inovatif dan kreatif atau meminjam istilah Thomas L. Harison dapat mengubah cara berpikir.
2. Berpikir. Selain membaca, orang bisa mengendalikan pikiran dengan cara berpikir besar dan tidak gampang patah semangat bila gagasan yang bersumber dari pemikirannya dilecehkan. Cara ini akan menumbuhkan semangat juang dan semangat tempur. Musuh terbesar manusia adalah ketakutan, kekhawatiran dan keragu-raguan.
3. Diskusi. Selain pendapat Newman di atas, hemat penulis, Berdiskusi atau berdebat dengan orang lain bisa meningkatkan kreativitas berpikir. Berdebat atau berdiskusi adalah salah satu tradisi keluarga sukses di negara maju dalam membentuk cara berpikir anggota keluarganya.
4. Satu langkah lainnya dalam mengendalikan pikiran adalah dengan menginstal ulang pikiran kita terutama pikiran alam bawah sadar kita. Kenapa? Karena umumnya manusia bertindak berdasarkan alam pikiran bawah sadarnya terutama pada saat situasi genting dan emosional.
5. Bergaul dengan orang–orang yang lebih sukses dan lebih berpengalaman.
6. Dan menetapkan tujuan baru. Khusus untuk poin terakhir ini akan kita kaji lebih mendalam dalam bahasan berikutnya ( Segera terbit dalam buku berjudul: Ayat-ayat sukses ).

Baca selengkapnya......