DH. Ismail Sitanggang, M.Si, Direktur Visi Aulia Jaya Group, perusahaan yg bergerak di bidang Penerbitan, Percetakan, Event Organizer & Konsultan bisnis. Mantan Ketua Bid. Promosi Kader HMI cabang Ciputat, Ketua Dewan Predium Formasi, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, DPP BISMA dan pengurus KAHMI, kini dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan Majalah CSR Review, pengurus CFCD DKI Jakarta, BKKKS Jakarta. Selain aktif mengurusi bisnis dan beragam organisasi yang diikutinya, ia juga mulai menekuni karir di bidang training motivasi dan tulis menulis. Suami dari Tety Muhithoh-Mahasiswi Pasca Sarjana UI- ini telah menulis 7 buku & puluhan buku lainnya yang ditulis bersama tim Visi Aulia Jaya dan rekan-rekan bisnisnya. Menurut Pengagum KH. Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William ini, Indonesia akan sejahtera bila banyak pengusahanya. Untuk obsesi tersebut kini ayah tiga putra ini bersama timnya sedang bekerja keras membangun sekolah bisnis bagi tunas wirausaha muda dan UMKM. Yuk bersinergi membangun Indonesia Jaya. Kalau bukan kita siapa lagi...



Jumat, 17 September 2010

SUKSES BERBASIS NILAI TAMBAH

Demi Nilai Adam dan Hawa terusir dari surga dan turun ke bumi untuk menjalani hidup baru yang penuh kerja keras ,,,,

Demi nilai Sang Baginda Nabi Muhammad pun harus rela menjalani misi kenabiannnya dengan melewati onak dan duri, terpisah dari saudara dan kerabat,dan meninggalkan berbagai fasilitas mewah sebagai jutawan, meninggal berbagai tawaran wah dari kaum quraish,,,,

Demi nilai Sang Nabi Nuh, harus berpisah dgn anak kesayangannya-ketika Banjir Bandang tiba menghempaskan negerinya..

Demi nilai seorang peneliti bersedia menghabiskan usianya dilaboratorium,,,
Demi nilai seorang pengusaha, rela menanggung resiko karyawan, bekerja siang dan malam utk menciptakan pertumbuhan usaha nya supaya langgeng berproduksi,,
dan seterusnya,,,,
Setiap aktivitas diri kita sesungguh tak lepas dari produkis dan transaksi nilai

Nilai adalah alat ukur dan alat tukar nilai tambah bagi kesuksesan, kebahagiaan dan kejayaan...

Siapapun anda, tak peduli tua atau muda, kaya atau miskin, kita bertanggung jawab atas nilai yang kita yakini dan pegang teguh.

Keyakinan kami sendiri, nilai sukses kita harus selaras dengan akal, nafsu muthmainnah dan kalbu kita, dan karena itu: niat, proses dan output serta outcome membangun nilai harus berpadanan. inilah nilai paripurna itu yang selaras dengan fitrah kemanusiaan kita.


Transformasi Nilai berlangsung sejak dini

Sejak Sekolah kita diajarkan tentang pentingnya nilai. Nilai rapor atau IPK (kecerdasan intelektual) dijadikan pertanda kesuksesan. Barulah kemudian, ketika berorganisasi atau bermasyarakat, kita jadi sadar bahwa kecerdasan intelektual saja tidak memadai. Fakta menunjukkan, orang yang cerdas secara emosional jauh lebih berperan didalam kehidupan organisasi dan masyarakat. Inti dari teori EQ ini menekankan, kecerdasan pergaulan, kecerdasan mengelola emosi jauh lebih perkasa ketimbang kecerdasan logika.

Namun, dorongan nafsu sukses, berkuasa, dari orang-orang ber IQ dan ber EQ ini terbukti sangat berbahaya selaras dengan ditemukannya berbagai rekayasa administrasi, keuangan serta penyimpangan manajemen by design. Singkatnya, meski dikemas dgn sangat dahsyat berbagai rekayasa busuk ala manajemen otak kiri ini, akhirnya terkesiap juga. Saat itulah para pemimpin bisnis dan manajemen publik murka dan mulai berpikir untuk membuka lowongan kerja buat Malaikat. Sytem Terbaik terbukti keok ditangan orang yang tidak amanah. Dibutuhkan orang yang jujur dan berkarakter serta smart untuk mengendalikan sistem tersebut ha,,ha. Manusia kecewa dengan jenisnya sendiri ketika ia dikhianati.

Manusia adalah sebaik-baik mahluk ketika fitrah nya otentik. Malaikat dan Iblis dipaksa Tuhan utk mengakui keistimewaan manusia itu. Jadi, ketika manusia berjan lurus di rel fitrinya yang hanief-yang hanya mungkin diraih bila kecerdasan spritual seseorang terasah-saat itulah manusia mencapai tahapan INSAN CITA. Tak ada cara lain untuk mendapatkan kecerdasan spritual kecuali pengalaman menjalankan ritual tertentu dan terutama menjalankan ajaran dan nilai agama- titik.


Kami punya pemikiran begini. Kesehatan fitri seorang manusia mencapai titik ideal bila seorang manusia mampu menjadikan fitrahnya berkembang seimbang dibawah nahkoda Kalbu. Rel fitri manusia yang terdiri dari Akal, Nafsu dan Kalbu. Sekali lagi, Fitrah manusia baru bisa optimal hanya bila unsur kalbunya (diatas 50 Persen ) lebih dominan dari kolaborasi nafsu dan akal. Menurut Pakar Saat komposisi bangunan fitrah manusia mendekati titik ideal: 55%(Kalbu)-30%(Akal) -15%- tidak boleh terlalu timpang.

Sejarah membuktikan, Ketika seorang manusia menggunakan akal dan nafsu berpadu, Stephen Hawking bisa menjadi Ahli fisika ternama di dunia. Namun kalbunya dimana? Sebaliknya kita kalbu saja bekerja tanpa dukungan akal dan nafsu maka yang terjadi adalah manusia memaksakan dirinya berkompeteisi dng malaikat, padahal itu mustahil- paling-paling manusia kemalaikat-malaikatan. Dan lebih ngeri lagi, ketika manusia fokus memberi makan nafsunya, yang terjadi adalah iblis berbentuk manusia.

Puasa adalah terapi terbaik mengendalikan nafsu. Puasa Ramadhan adalah terapi terbaik melatih akal dan nafsu dan mengubah kebiasaan manusia. Jalan pulang kembali kepada kebiasaan fitrah sehat jasmani dan rohani, sehat individu, kel dan sosial.

Mari setia menjalani fitrah terbaik ini sebagai kiat smart dan excellent meraih kejayaan didunia & di akhirat karena anda dan hidup ini sangat berharga Saudaraku. ( DH Ismail )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar