DH. Ismail Sitanggang, M.Si, Direktur Visi Aulia Jaya Group, perusahaan yg bergerak di bidang Penerbitan, Percetakan, Event Organizer & Konsultan bisnis. Mantan Ketua Bid. Promosi Kader HMI cabang Ciputat, Ketua Dewan Predium Formasi, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, DPP BISMA dan pengurus KAHMI, kini dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan Majalah CSR Review, pengurus CFCD DKI Jakarta, BKKKS Jakarta. Selain aktif mengurusi bisnis dan beragam organisasi yang diikutinya, ia juga mulai menekuni karir di bidang training motivasi dan tulis menulis. Suami dari Tety Muhithoh-Mahasiswi Pasca Sarjana UI- ini telah menulis 7 buku & puluhan buku lainnya yang ditulis bersama tim Visi Aulia Jaya dan rekan-rekan bisnisnya. Menurut Pengagum KH. Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William ini, Indonesia akan sejahtera bila banyak pengusahanya. Untuk obsesi tersebut kini ayah tiga putra ini bersama timnya sedang bekerja keras membangun sekolah bisnis bagi tunas wirausaha muda dan UMKM. Yuk bersinergi membangun Indonesia Jaya. Kalau bukan kita siapa lagi...



Rabu, 15 Desember 2010

" Mantra" Sukses itu adalah Melakukan Hal biasa, dengan Cara Luar Biasa

Menjadi bahagia dan sukses adalah impian setiap orang. Saya percaya itu. Saya sudah riset di internet. Terbukti kata ” bahagia” dan kata ” sukses” adalah dua kata terbanyak  yang di klik/dicari orang.  Sayang kesukaan banyak orang terhadap kedua kata tersebut,  tidak beriringan dengan fakta kehidupan nyata hari  ini .

Sekedar memberikan contoh.  Dalam buku  Tung Desem Waringin Financial revolution, dijelaskan umumnya  70 - 90% uang beredar di bumi ini hanya dikuasai oleh 5% orang Kaya.  Sisanya yakni 10% sumber daya kekayaan dunia harus dibagi oleh 90 % orang.  Ironisnya, bila kekayaan dunia dibagi rata kepada setiap orang dalam jumlah yang sama, dalam waktu lima tahun kemudian, komposisi kekayaan akan kembali seperti sedia kala, ha,,ha,,,ha.

Tentu data statistik tersebut, akurasinya boleh  dipertanyakan. Tetapi sebagai sebuah perbandingan, cukup masuk akal-karena faktanya dilingkungan kita pola perbandingan kaya - miskin, terdidik dan  tidak terdidik juga tak jauh dari pola tersebut . So, tak usah fokus pada perdebatan angka ini. Tapi mari kita analisis  substansi masalahnya. Kenapa bisa kesenjangan kesuksesan bisa demikian menganga?

Dalam buku rahasia sukses para juara, kami  juga menemukan beberapa data penting, yang menjadi pembeda orang sukses dan orang biasa. Yaitu bahwa umumnya orang sukses dan kaya itu adalah manusia biasa dengan etos kerja luar biasa. etos kerja luar biasa merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan sekaligus menjadi benang merah dalam setiap kesuksesan dalam profesi manapun.

Mari kita lihat pengejawahtaran rahasia sukses diatas dalam konteks dunia tulis menulis. Kebetulan, minggu-minggu terakhir ini, kami sedang belajar tentang cara paling sederhana mengajarkan teknik menulis dan mengelola media untuk konsumen kami di Kalimantan.  Tanggung jawab baru tersebut membuat kami harus  belajar dari banyak ahli.

Luar biasa, dari penelusuran berbagai literatur baik internet maupun buku-buku, hingga detik ini ( proses penulis bahan presentasi sdh nyaris mendekati 3 Minggu ) tidak menemukan rumusan paling sederhana dalam mengajarkan ilmu dan keterampilan tersebut.  Aneh, pikir penulis. Dunia ini sdh punya ratusan juta penulis, dan terdapat ratusan ribu media, kok rahasia ini belum juga dipublikasikan.

Nah, dari kegagalan menemukan rumusan smart dan sederhana tentang metode pengajaran jurnalistik tersebut, memotivasi kami  untuk memikirkan benang merah kesuksesan diatas dan menemukan satu kata yang hingga hari ini menari-nari di kepala penulis. Kata itulah menurut sejumlah pakar sebagai “mantra” sukses para penulis hebat. Kata itu pula yang menurut sejumlah pakar paling tepat untuk menggambarkan rahasia sukses para penulis hebat diberbagai bidang.  Kata tersebut juga menjadi semacam ruh kejuangan seorang jurnalis sekaligus pembeda antara jurnalis biasa dan jurnalis luar biasa. Apa itu? Sabar dulu dong,,,,,,,,,,nanti diakhir tulisan ini akan dibuka.

Sebelum kita mengetahui ” mantra sukses ” tersebut ada baiknya kita samakan dulu pengertian kita tentang etos kerja luar biasa. Orang biasa dengan etos kerja luar biasa, mengingatkan kami juga tentang buku karya Michael I Hurt yang mempubikasikan 100 tokoh paling berpengaruh dimuka bumi. Buku ini hebat sekali menurut kami. Secara singkat, buku tersebut menegaskan, bahwa manusia paling hebat dan berpengaruh ada Nabi.  Dan Nabi paling hebat adalah manusia biasa. Dengan demikian, apa dong rahasianya sehingga sang Nabi tersebut bisa menjadi luar biasa?

Hemat kami  rahasianya adalah terletak pada kekuatan mental juang para nabi tersebut.  Komitmen mereka untuk melayani manusia tidak saja ditampakkan, dalam bentuk keteladanan mempersembahkan karya terbaiknya, namun lebih dari itu mereka juga bersedia mewakafkan hidupnya untuk kebaikan sebanyak mungkin orang.

Umumnya para Nabi melewati tantangan dan penderitaan tiada tara. Tantangan yang mereka hadapi dalam menegakkan kebenaran yang diyakini nya tersebut, nyaris tak sebading dengan kualitas tantangan atau penderitaan yang kita hadapi. Namun, mereka tetap tegar, fokus pada tujuan akhir, kekeuh memegang prinsip. Mereka juga tetap bahagia hidupnya dari awal hingga akhir hayatnya berselansar dalam gelombang ujian yang tiada henti tersebut.
Kisah para Nabi dan juga kisah para orang sukses dimanapun nyaris tak lepas dari akumulasi tantangan dan penderitaan. Hidup mereka adalah menebarkan kebajikan baik dengan wacana, maupun dengan tindakan nyata sebagai role model otentik dalam mengatasi masalah dan menjadi solusi maker.
Hal yang sama dialami para penulis hebat, dan para jurnalis senior semakin meneguhkan prinsip kesuksesan abadi yang juga sudah kita warisi, ” berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian- bersakit-sakit dahulu, barulah menikmati buah perjuangannya kemudian”.

Dalam dunia jurnalistik, reportase  investigasi masih merupakan metode paling tinggi nilai pelaporannya.  Melalui metode investigasi seorang jurnalis dituntut untuk dapat menggali fakta dibalik peristiwa,  sambil menjaga keselamatan dirinya.  Seringkali sang jurnalis harus menelisik jalan berliku sebuah persitiwa, merangkainya dengan smart dan lalu juga dituntut untuk mampu menghidangkannya kepublik dengan bahasa paling mudah dipahami. Luar biasa.

Pertanyaannya, mungkinkah pekerjaan penuh resiko dan sarat tantangan tersebut diberikan kepada jurnalis rabun Ayam? Mungkinkah tugas maha berat tersebut dipikul oleh para jurnalis yang terbiasa duduk dibalik meja? Jawabannya tentu saja tidak. Menjadi penulis atau jurnalis hebat dengan demikian membutuhkan elan kejuangan, daya tahan prima, konsistensi dalam memegang prinsip dan komitmen untuk mempersembahkan karya terhebat bagi kepentingan khalayak ramai. Itulah etos kerja para maestro - yaitu orang biasa dengan etos kerja luar biasa. Etos ini disebut dalam satu kata, VITALITAS.

Vitalitas adalah mengerjakan hal biasa dengan cara luar biasa.  Vitalitas seorang jurnalis tangguh tak hanya tampak dari kecerdikannnya dalam menemukan peristiwa dan jalan ceritanya, tetapi ia juga dituntut untuk tetap smart dalam melakukan cek, ricek, tripel cek  jalan cerita tersebut. Sukses dengan dua tahapan tersebut, sang jurnalis itu juga harus cerdas menentukan sudut berita, menentukan lead atau intro dan terakhir adalah menulis berita dengan bahasa yang lugas, jernih, dan mudah dipahami oleh pembacanya.
Mungkingkah pekerjaan tersebut dilakukan oleh mereka yang tidak terlatih? Mungkinkah pekerjaan tersebut ditunaikan oleh jurnalis tanpa visi kesempurnaan dan motivasi superior?

Baca selengkapnya......

Senin, 13 Desember 2010

Sederhana tidak berarti Miskin

Mari merenung sejenak, apa saja nasehat orang tua kita kepada kita? Apa saja nasehat nasehat guru dan lingkungan kepada kita? Akumulasi nasehat -nasehat tersebutlah yang ikut membentuk wajah negeri kita hari ini.


Ungkapan tersebut kami peroleh dari guru penulis. Ungkapan bijak tersebut hingga hari ini terus mengiang-ngiang di telinga penulis ketika menyaksikan maraknya berbagai skandal di negeri tercinta ini- akibat pelakunya takut hidup sederhana. Ketakutan akan hari esok yang berlebihan tersebutlah, hemat penulis yang menjadi pemicu utama dari berbagai skandal hari ini.

Melekatnya nasihat bijak diatas pada perilaku murid-muridnya, salah satunya adalah karena sang guru tersebut sangat otentik dengan ucapannya. Selain memberi nasehat, ia juga terampil memberikan contoh dalam kehidupannya sehari-hari ( doing by example). Ia buktikan, meskipun hartanya banyak, tapi ia selalu tampil sederhana. Bajunya kemana-mana sangat sederhana dan lebih sering pakai warna putih. Dia bilang, baju itu tidak perlu mewah, yang penting tidak sobek dan tidak berbau. Dia juga bilang putih itu sederhana.

Anak sang guru itu juga cukup banyak lho, sekitar 11 orang, tapi sebelum ia meninggal justru ia wakafkan seluruh hartanya, sementara untuk anak-anak nya cukup diwariskan ilmu dan pengetahuan agama serta sebuah percetakan kecil yang menerbitkan buku-bukunya. Sudah puluhan tahun guru kami tersebut meninggal, hingga detik ini tak pernah tersiar khabar - bahkan sekedar gosip, bahwa anaknya menggugat wakaf orang tuanya. Yang terdengar adalah wakaf orang tuanya berupa sekolah dan bisnis terus berkembang biak untuk mensejahterakan orang banyak. Luar biasa.

Kini sebelas anaknya berhasil meneladani orang tuanya menjadi orang bahagia dan sukses pula. Tak hanya pendidikan mereka tinggi, akhlagnya juga mulia dan lebih dari itu hidupnya pun sederhana. Keteladanan ayahnya berderma pun tetap mereka warisi.

Ajaran ini hemat kami menarik untuk kita kaji. Bahwa sederhana itu tidak berarti miskin. Bahwa blue print kesuksesan yang diwariskan orang tua ikut membentuk warna hidup anak-anaknya kelak. Bila orang tua hanya trampil menasehati anaknya agar sukses dan sukses serta menjadi orang kaya saja, si anak mungkin akan bekerja keras untuk menjadi sukses dan menjadi kaya. Tapi apakah karakter dan gaya hidup sang anak itu akan berubah seiring dengan peningkatan kekayaannya dan kesuksesannya, tentu pola hidup warisan orang tua akan ikut mewarnai. Oh ya, menurut guru kami juga, bahwa kalau kita hidupnya sederhana, kalau kaya tidak akan sombong, dan kalaupun miskin tidak akan putus asa - karena sudah terbiasa hidup sederhana.

Mari merenung sejenak, apa saja nasehat orang tua kita kepada kita? Apa saja nasehat nasehat guru dan lingkungan kepada kita? Akumulasi nasehat -nasehat tersebutlah yang ikut membentuk wajah negeri kita hari ini. So, Sederhana itu tidak berarti miskin ! Kuotasi Motivator Mario Teguh berikut ini juga patut kita renungkan Sdrku sebagai bekal kita menghadapi hari esok yang lebih gemilang. Salam bahagia selalu !!

Baca selengkapnya......