DH. Ismail Sitanggang, M.Si, Direktur Visi Aulia Jaya Group, perusahaan yg bergerak di bidang Penerbitan, Percetakan, Event Organizer & Konsultan bisnis. Mantan Ketua Bid. Promosi Kader HMI cabang Ciputat, Ketua Dewan Predium Formasi, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, DPP BISMA dan pengurus KAHMI, kini dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan Majalah CSR Review, pengurus CFCD DKI Jakarta, BKKKS Jakarta. Selain aktif mengurusi bisnis dan beragam organisasi yang diikutinya, ia juga mulai menekuni karir di bidang training motivasi dan tulis menulis. Suami dari Tety Muhithoh-Mahasiswi Pasca Sarjana UI- ini telah menulis 7 buku & puluhan buku lainnya yang ditulis bersama tim Visi Aulia Jaya dan rekan-rekan bisnisnya. Menurut Pengagum KH. Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William ini, Indonesia akan sejahtera bila banyak pengusahanya. Untuk obsesi tersebut kini ayah tiga putra ini bersama timnya sedang bekerja keras membangun sekolah bisnis bagi tunas wirausaha muda dan UMKM. Yuk bersinergi membangun Indonesia Jaya. Kalau bukan kita siapa lagi...



Selasa, 27 April 2010

Life time Achievement for entrepreneurs

Berbicara tentang entrepreneurship tak lengkap dan etis jika kita tidak menyebut nama-nama besar seperti Richard Cantillon, Jean Baptista Say, Franck Knight, dan Josep Schumpeter serta Mc Clelland. Mereka adalah para ekonom yang mendedikasikan dirinya untuk mempelajari apa arti entrepreneurship dan mempromosikan bagaimana keunggulan etos entrepreneurship bagi kemajuan peradaban manusia. Tanpa upaya kerja keras mereka bisa jadi, peradaban dunia yang lebih maju, lebih kreatif, dan lebih kompetetif bisa jadi masih berupa impian atau wacana. Tetapi kini para pewirausaha menjadi legenda perubahan, actor utama pembangunan, salah satunya karena jasa pendekar-pendekar hebat tersebut.
Di Indonesia, patut kita sebut beberapa nama dan lembaga yaitu Sarikat Dagang Islam, Achmad Bakrie, Om William, TD. Pardede, Achmad Kalla, Hasyim Ning dan beberapa tokoh pendekar dan teladan kewirausahaan bangsa ini. Hemat penulis, bangsa ini, perlu memberi apresiasi yang wajar kepada para tokoh wirausaha tersebut, termasuk dengan menobatkan mereka sebagai pahlawan bangsa. Dengan upaya ini, bangsa ini telah menegaskan komitmen tulusnya untuk memotivasi generasi muda untuk menjadi pengusaha demi ketahanan ekonomi bangsa. Kaitannya dengan visi besar tersebut dalam buku ini penulis angkat satu kisah singkat tentang seorang legenda pengusaha bangsa ini bernama Achmad Bakrie serta kuotasi-kuotasi para tokoh, pemimpin tentang kewirausahaan.
CERMIN SUKSES DARI PARA BAKRIE BERSAUDARA

Menjadi Miskin bukan hambatan untuk maju. Asal ada kemauan dan cerdas bekerja serta memiliki karakter mempesona, pastilah cita-cita akan tercapai. Pelajaran inilah yang patut kita warisi dari H.Ahmad Bakrie, ayahanda Abu Rizal Bakrie, Nirwan D. Bakrie, Indra Bakrie dan Roosmaniah dan Pendiri PT. Bakrie Brothers salah satu perusahaan Pribumi berkelas dunia saat ini.

Ahmad Bakrie terlahir dari keluarga sederhana di Kalianda 1 Juni 1916. Putra pasangan dari Oesman Batin Timbangan dan Chodijah ini telah memiliki bakat enterpreneurship sejak belia. Ahmad Bakrie telah mulai berdagang roti keliling kampung sejak usia 7 tahun. Namun aktivitas dagangnya sempat terhenti sejenak, ketika remaja cilik tersebut harus bersekolah di Lampung Utara dan bekerja di kantor kontrolir Sukadana dan sebuah perusahaan swasta.

Nah, hasil upahnya dari pekerjaan tersebutlah yang digunakan pendiri Bakrie Brother ini melanjutkan studinya dan menjadi modal awal ketika merintis usahanya kemudian. Pola kerja, menabung dan menggunakan keuntungannya untuk biaya belajar sekaligus mengembangkan usahanya inilah yang menjadi strateginya menjadi pengusaha sukses dimasanya.

Bahkan demi meningkatkan cara berfikir enterpreneurshipnya, tokoh ini harus hijrah ke Jakarta untuk mendalami ilmu akuntansi dan bahasa inggris. ilmu akuntansi adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat diperlukan oleh seorang pengusaha dan demikian juga dengan bahasa Inggris sebagai kunci membuka ilmu pergaulan kelas dunia. Jadi bisa dibayangkan, jika pada seusia semuda Ahmad Bakrie masa itu, visi atau kerangka suksesnya telah melampaui ukuran zamannya.
Nah, barulah setelah selesai menempuh studinya di Jakarta, Ahmad Bakrie Muda kembali pulang kampung untuk membangun usaha dari desanya. Namun berhubung modal kerjanya sudah kadung kepakai untuk studi, maka ia pun lantas harus terlebih dahulu bekerja pada bagian penjualan di Perusahaan orang lain.
Menurut Bradley Sugars, cara terbaik bagi mereka yang tidak punya modal dan pengetahuan bisnis untuk menjadi pengusaha adalah terlebih dahulu bekerja diperusahaan orang lain.
Nah, selaras dengan tesis Bradley Sugars tersebut dan karena memang tujuan Ahmad Bakrie, sudah jelas yaitu untuk menjadi pengusaha, maka saat itu ia tak lupa mengumpulkan modal usaha nya dengan menabung penghasilannya dari gaji dan komisi nya. Berhubung modal tersedia masih sangat terbatas, maka tokoh ini terlebih dahulu untuk menjadi suplier obat sehingga memperoleh untung yang besar. Dengan keuntungan tersebutlah kemudian Ahmad Bakrie bersama kakaknya Abu Nyamin secara resmi mendirikan PT. Bakrie & Brothers, tepatnya tanggal 10 Februari 1942. Awalnya perusahaannya bermarkas di Teluk Betung ini bergerak dibidang perdagangan dan hasil bumi.
Sukses membesarnya usaha kecil menjadi usaha menengah, maka tokoh ini kemudian membeli perusahaan logam milik Belanda. Dengan prestasi tersebut, maka Ahmad Bakrie telah dikenal sebagai pengusaha sukses saat itu. Namun demikian tokoh ini tak berhenti berinovasi dan juga tak membuatnya terjebak pada comport zone –sesuatu yang menjadi zat kematian bagi siapapun yang ingin maju. Ahmad Bakrie justru terus mengembangkan kompetensinya dengan terus belajar dan belajar. Berbagai buku sejarah, ekonomi, filsafat hingga seni budaya dibacanya hingga membuatnya terkenal sebagai pengusaha kutu buku dikalangan pengusaha seangkatannya.
Etos sukses berbasis kerja cerdas dengan menggunakan keuntungan usaha untuk pelipatgandaan kekayaan dan investasi ilmu bisnis inilah yang patut ditiru oleh kita generasi muda. Etos Adaftif terhadap tuntutan perubahan tersebutlah yang tampaknya juga diwariskan oleh tokoh ini, kepada putra-putranya. Tak heran, kini tradisi belajar dengan pendidikan terbaik tampak membudaya dalam keluarga besar Ahmad Bakrie. Abu Rizal Bakrie adalah alumni ITB dan kedua adiknya, Nirwan D. Bakrie, Indra bakrie keduanya alumni Amerika. Kemudian generasi ketiga dari putra-putri ke 4 putra Ahmad Bakrie seperti Anindia Bakrie lulus dari sebuah perguruan tinggi di Amerika dan bahkan ketika tulisan ini dibuat, penulis mendengar cucu pendiri Bakrie Brother ini sedang mondar mandir Amerika - Indonesia untuk terus meng upgrade kompetensi suksesnya, padahal ia telah dipercaya menjadi Petinggi KADIN. Sebuah teladan yang patut ditiru oleh para orang tua dan pengusaha muda di negeri ini.
Apa implikasi dari cara cerdas berbisnis semacam itu? Jika Ahmad Bakrie berhasil mendirikan PT. Bakrie Brother hingga menjadi perusahaan pribumi terbaik kebanggaan nasional, kini dibawah nahkoda kepemimpinan bisnis generasi kedua, Perusahaan ini bercita-cita menjadi kebanggaan Asia dilevel Global dan tidak mustahil nantinya jika PT. Bakrie Brother dengan ratusan grup usahanya ditangan putra-putranya –generasi ketiga akan berhasil menjadi salah satu pemain utama dunia yang diperhitungkan.
Untuk tujuan besar tersebut, Kini keluarga Bakrie dan PT. Bakrie Brother tak henti-hentinya melakukan pembinaan kader pebinis tangguh dan juga sedang mencetak tunas wirausaha muda melalui pendirian Bakrie School of Management . Melalui lembaga Pendidikan bisnis modern ini, - dimana sebagian besar mahasiswa nya dibiayai oleh Dana amal keluarga pengusaha sukses ini diharapkan akan lahir Achmad Bakrie-Ahmad Bakrie lainnya yang menjadi pelopor kemajuan ekonomi bangsa ini. Menurut Imbang J. Mangkuto- Direktur Eksekutif sekolah bisnis ini, melalui BSM diharapkan akan dicetak pebisnis muda Indonesia kelas dunia, sebagaimana obsesi Ahmad Bakrie terhadap putranya –putranya. Melalui etos cerdas semacam ini, Ahmad Bakrie & Familiy tak hanya ingin kaya sendirian tetapi juga ingin kaya bersama bangsa. Siapa mau meniru?
Kuotasi Sukses Achmad Bakrie Tentang kesuksesan, kewirausahaan dan lain-lain
 A man who live too gloriusly must often die violently ( seorang yang hidupnya terlalu mewah, terkadang mati dengan kekerasan)

 Hubungan kekeluargaan bercampur bisnis, tunggulah dua hal hilang sekaligus: uang dan keluarga ( Sebagaimana disampaikan oleh Alamsyarah Ratu Prawira Negara Mengutip Pendapat Achmad bakrie)

 Kalau pengusaha mengadakan pendekatan politik maka dia bisa jatuh berbarengan dengan rontoknya system politik tersebut. Tapi kalau mengadakan pendekatan pasar, maka politik yang bagaimanapun,sepanjang pasar masih terus mengalir dan menerima produknya, dia akan tetap langgeng ( komentar Cristianto Wibisono tentang Manajemen Bisnis Achmad bakrie yang independent secara politik)

 ” Jika Indonesia Inc ingin ditegakkan atas dasar kekuatan produktif sejati, maka sektor swasta tulen seperti Achmad bakrie harus digerakkan, diberi tempat serta apresiasi yang wajar” (Cristianto Wibisono )

 ” Indosia inc, yang kita cita-citakan dapat mengembangkan amanat persaingan bisnis internasional, memang sekarang ini memerlukan ratusan, ribuan penerus figur Achmad Bakrie, baik secara biologis, berupa anak-anaknya, maupun secara kultural dari tubuh nasion Indonesia. Wiraswasta pribumi kaliber Achmad bakrie dilipat gandakan, yaitu wiraswasta yang mampu melihat dan memanfaatkan peluang, berproduksi dalam kancah persaingan pasaran bebas, berkarya dalam konteks komposisi ketat di pasaran internasional, bertanding tanpa proteksi khusus dan lisensi istimewa....

 Pembinaan semangat kewiraswastaan dengan model achmad Bakrie patut kita tingkatkan terus menerus ...................Institusi yang dipimpin Cristianto juga menawarkan ide simpatik yang mengandung nilai educatif tentang patutnya disponsori semacam” bakrie award” bagi pengusaha terbaik, perusahaan terbaik atau wiraswasta terbaik tahun ini. ” Kriterianya antara lain jelas asal usul perusahaannya, pengusahanya, kapan mulai bergerak. Modal dengkul boleh, tetapi jelas perolehan profit utamanya. Mencari yang terbaik bukan berarti yang terbesar untuk menghindari pemenang ” yang itu itu juga”. Dari ”Bakrie award” itu niscaya muncul semangat kewiraswastaan ” bakrie-bakrie kecil” tetapi bermutu dan itu pasti ada, hanya belum menonjol saja. Diandaikan, Kalaulah seorang secara kreatif menghasilkan satu produk mulai dari nol,lalu berkat prestasinya hingga menjadi jutawan, maka ia patut diberi bintang. Sebaliknya, walaupun ia berhasil memperoleh nilai kontrak milyaran rupiah tapi bisnis itu sekedar ” broker” jatah lisensi dan rezeki kontrak yang diperoleh karena ayah, paman, atau famili pejabat berwenang memberi pekerjaan, maka dengan sendirinya ” masuk kotak”. ( Cristianto Wibisono )

 ” Profesinya itu ia barengi dengan keyakinan agama yang tebal. Sukar ditandingi” komentar ( Soedaerpo Sastrosatomo tentang rahasia sukses Achmad Bakrie. inilah cuplikan buku etos bisnis tiada merugi. buku ini diterbitkan oleh Pustaka Alkausar Jakarta.

Baca selengkapnya......

Senin, 26 April 2010

Perang Modern adalah adu kreativitas dan strategi bisnis

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menerapkan cara kerja, tehnologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan lebih baik kepada pelanggan dan memperoleh kepuasan dan keuntungan dari kinerja tersebut. Dengan pengertian tersebut, seorang pengusaha dituntut keberanian mandiri, menciptakan peluang bisnis baru dan mengelola sebuah risiko, dan fokus pada penciptaan nilai tambah baru. Orientasi pada penciptaan nilai tambah atau manfaat terbaik bagi konsumen serta lingkungannya tersebut yang menjadikan komunitas pengusaha ini layak memperoleh keuntungan dan status sosial yang tinggi. Dengan demikian, kewirausahaan yang sejak tahun 1725 ini sudah mulai dikenalkan oleh Richard Cattion dan Jean Baptise Say (1803) serta Yoseph Schumpeter (1934) pada level tertentu dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen untuk mencapai keberdayaan orang pada level tertentu.Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia, entrepreneur terus mengalami perkembangan makna. Jika pada awal lahirnya ciri wirausaha hanya diartikan sebatas makna usaha sendiri, dan fokus pada memasarkan sebuah produk atau jasa tertentu, kini terus mengalami kemajuan dan perkembangan makna. Dalam dekade terakhir, ketika teknologi sudah menjadi komoditas, dan ketika globalisasi telah mendunia, maka para entrepreneur tidak memadai lagi hanya memberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pasar (create some thing new from some thing something). Pola persaingan baru antara jawara entrepreneur dunia telah memasuki ranah mengatur pola persaingan dan menentukan arah serta gerak persaingan biasa menjadi persaingan yang lebih hyper dan berbeda (Create something from nothing). Berbagai perubahan tersebut turut berkontribusi dalam memberikan pengkayaan makna terhadap wirausaha. Kita berharap dengan semakin berperannya para entrepreneurs Indonesia di pentas global akan turut menyumbangkan makna baru bagi kewirausahaan dunia dengan menyuntikkan etos kegotongroyongan (tanggung renteng) dan nilai-nilai spritualitas serta budaya timur adiluhung yang khas Indonesia tentunya. Seiring dengan berbagai kemajuan tehnologi dan informasi, dunia telah menjadi satu alias tanpa batas.
Globalisasi pun telah mewariskan pasar bebas ekonomi yang memungkinkan pelaku ekonomi dunia bertarung tanpa boleh diproteksi oleh suatu negara. Bisa dibayangkan, jika bangsa tercinta ini tidak segera proaktif melindungi para pengusahanya, apa gerangan yang terjadi jika kemudian hari para pengusaha asing yang menentukan arah perekonomian nasional kita? Pengusaha asing tersebut akan mendikte arus distribusi dan pemasaran produk serta kebutuhan vital dalam negeri jika kita sejak dini tidak menyiapkan entrepreneurs baru nan tangguh? Inilah yang disebutkan oleh sejumlah jenderal penting di negeri ini sebagai ”era perang modern”. Perang modern tersebut tidak lagi berbasiskan senjata, tetapi telah memasuki area melalui baju ekonomi: adu kecerdasan inovasi bisnis berbasis tehnologi, kecerdasan investasi, adu kuat finansial. Jadi tak berlebihan, jika di era globalisasi ini, ketahanan suatu bangsa sangatlah ditentukan sejauh mana para entrepreneurs suatu negara memiliki etos, heroisme, kreativitas bisnis serta kecerdasan menguasai pasar ekonomi global yang terbuka tanpa batas dan sekat tersebut. Inilah hukum besi persaingan usaha bebas- the winner takes all.
Para pengusaha yang lamban merespon perubahan dan ”lelet” memperbarui kompetensi kewirausahaannya akan segera tertinggal. Hadirnya Mall dan Hypermarket di berbagai sudut kota yang meminggirkan pasar –pasar tradisional adalah contoh nyata dari jenis perubahan dari sistem ekonomi baru tersebut. Untuk menghadapi era baru persaingan tanpa batas ini, hemat penulis yang diperlukan tidak saja perlunya proteksi dan stimulus pemerintah dalam mendukung pertumbuhan tunas wirausaha muda dan pemberdayaan pengusaha UMKM tetapi juga harus ada kesadaran dari sisi entrepreneurs sendiri untuk merubah etos dan perilaku berbisnisnya supaya kompatibel dengan globalisasi. Ciri khas dari gaya kepemimpinan bisnis modern yang patut kita teladani misalnya adalah pada kompetensinya menerapkan manajemen bisnis berbasis good corporate govennance serta penggunaan tehnologi modern dan kreativitas bisnis.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ”takdir” suatu bangsa hari ini dan nanti- apakah akan menjadi pemain global - penonton – atau korban globalisasi, sangatlah ditentukan oleh kualitas dan kuantitas para pengusahanya. Jika suatu bangsa melalui kehandalan entrepreneursnya dapat menguasai serta mewarnai pasar ekonomi dunia seperti yang kini dilakukan oleh Cina, Jepang, Amerika dan India, serta secara sadar mentransformasikan etos entrepreneurshipnya kepada masyarakatnya, maka bangsa tersebut akan dipandang secara bermartabat dan menjadi penentu arah ke mana pendulum peradaban akan bergerak. Sebaliknya, jika suatu bangsa gagal mencetak tunas wirausahawan muda terdidik, dan melipatkangandakan jumlah pengusaha tangguhnya, maka dalam jangka panjang, takdir bangsa tersebut hanyalah menjadi pemakai produk asing dan atau pengekspor bahan mentah tanpa berhasil memperoleh nilai tambah ekonomis dari kekayaan alam nya hinga menjadi bangsa kuli di negerinya sendiri. Inilah tugas besar para pemimpin baru dan kaum muda negeri ini kini. Yakni mengembalikan kekayaan negeri ini untuk kesejahteraan pada anak cucu kita. Pilihannya ada pada diri kita pribadi dan tentu saja political will dari para pemimpin kita. Kalau bukan kita siapa lagi? dan kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Baca selengkapnya......