DH. Ismail Sitanggang, M.Si, Direktur Visi Aulia Jaya Group, perusahaan yg bergerak di bidang Penerbitan, Percetakan, Event Organizer & Konsultan bisnis. Mantan Ketua Bid. Promosi Kader HMI cabang Ciputat, Ketua Dewan Predium Formasi, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, DPP BISMA dan pengurus KAHMI, kini dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan Majalah CSR Review, pengurus CFCD DKI Jakarta, BKKKS Jakarta. Selain aktif mengurusi bisnis dan beragam organisasi yang diikutinya, ia juga mulai menekuni karir di bidang training motivasi dan tulis menulis. Suami dari Tety Muhithoh-Mahasiswi Pasca Sarjana UI- ini telah menulis 7 buku & puluhan buku lainnya yang ditulis bersama tim Visi Aulia Jaya dan rekan-rekan bisnisnya. Menurut Pengagum KH. Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William ini, Indonesia akan sejahtera bila banyak pengusahanya. Untuk obsesi tersebut kini ayah tiga putra ini bersama timnya sedang bekerja keras membangun sekolah bisnis bagi tunas wirausaha muda dan UMKM. Yuk bersinergi membangun Indonesia Jaya. Kalau bukan kita siapa lagi...



Jumat, 23 April 2010

SAYA BANGGA JADI ORANG INDONESIA

Pertinggilah Filsafat Hidupmu dan Ukirlah Prestasi Global Mu!

”Pertinggilah Filsafat Hidup mu”!. Ungkapan sederhana, namun sarat makna kehebatan tersebut pertama sekali penulis dapatkan dari Sang Guru Penulis dan Kiyai Indonesia Terkemuka Yakni KH. Imam Zarkasyi, Salah seorang Pendiri Pondok Modern Gontor (semoga Allah merahmati Beliau).
Beliau ini orang Hebat, sehingga ucapan dan tindakannya serta karyanya juga hebat.
Salah satu karya fenomenalnya yang tidak tertandingi sekaligus bukti kehebatan karya nyatanya untuk bangsa dan untuk pembangunan Peradaban dunia adalah Pondok Modern Gontor. Pondok ini didirikan para wong deso, tiga orang keluarga Trimurti. Pendidikan Formal Pendirinya murni Made In Indonesia bahkan nyaris biasa-biasa saja. Hebatnya lagi, lokasi pesantrennya pun terletak di sebuah desa di Ponorogo - Jawa Timur.
Siapa yang tahu, Ponorogo pada masa itu. Tapi kini? Indonesia, Asia bahkan Dunia kini mengenal Nama Gontor – Ponorogo Sebagai Kawah Candradimuka lahirnya Pemimpin Indonesia multitalenta. Ya, dampak dan maslahah Pendidikan Pondok Modern Gontor kini mendunia sebagai buah dari ketekunan dan kerja keras serta tingginya falsafah hidup para pendirinya. Tak diragukan lagi, kiprah dan kontribusi para Alumni Pondok Modern Gontor kini mendunia. Elan perjuangan alumni Pondok Modern juga tak hanya tampak dalam bidang dakwah Islam saja, tetapi merembes kedunia bisnis, dunia pemikiran, dunia jurnalistik, hingga dapat dikatakan meliputi segala jenis profesi kehidupan manusia. Sekedar Menyebut beberapa nama Alumni Gontor antara lain adalah: Dr. Din Syamsudin (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Dr. KH, Idham Khalik dan Dr.KH. Hasyim Muzadi (Mantan Ketua Umum PBNU), Prof. Dr. Nurcholis Madjid (Cendekiawan Muslim dan Pemikir Dunia), Emha Ainun Najib (budayawan Terkemuka), Asep Sulaiman Sabanda (Young enterpreneur of The Year thn 2006 dari Ernst & Young), Dr. Hidayat Nurhawid (Mantan Ketua MPR. RI) dan banyak tokoh lainnya termasuk penulis sendiri.
Dan di atas semua itu, Prestasi Gontor tak hanya tampak dalam kehebatannya mencetak pemimpin kelas dunia, tetapi lebih daripada itu adalah keteladanan otentik sang Pendirinya dengan mewakafkan Pondok tersebut pada bangsa dan dunia, subhanAllah. Luar biasa bukan? Jadi, ketika Bangsa Amerika dan Eropa baru mengeja CSR (Corporate Sosial Responsibility), Pendiri Gontor telah memberi contoh otentik etos berbagi tersebut dengan cara mewakafkan seluruh Asset Pondok yang dirintisnya selama puluhan Tahun tersebut. Bagi mereka, berjuang itu jangan setengah-setengah. Bondo Bahu Pikir, lek Perlu saknyawane pisan. Mas sih,' kita tidak bangga memiliki teladan kepemimpinan Semacam ini? Atas keotentikan semacam inilah, kami yakin, bahwa Gontor akan senantiasa hidup dan menebar bhakti untuk dunia (rahmatan lil alamin). Bisa dibayangkan jika ada 1000 Gontor di Indonesia?

Selain keteladanan di bidang Pendidikan, Indonesia juga punya hero dan teladan dibidang bisnis dan Manajemen Usaha. Bangsa Indonesia patut Percaya diri dan memberikan acungan jempol kepada pengusaha terbaiknya seperti Achmad Bakrie, Om William, Sudhamek Agung, Ir. Ciputra, Sandiaga Uno, Hasyim Joyohadi Kusumo dan lain sebagainya. Anda tentu masih ingat bagaimana Astra Internasional yang didirikan oleh Om William, telah berdiri kokoh selama puluhan tahun dan dimulai di Garasi, namun kini telah bermetamorfosa menjadi perusahaan terkemuka di Asia. Anda juga masih ingat bagaimana seorang Achmad Bakrie membidani kelahiran PT. Bakrie Brother hingga memiliki ratusan anak usaha dan telah menjadi pemain Global yang handal.
Ini lah sekelumit contoh, bagaimana prestasi bisnis putra-putri Indonesia tak dapat lagi dilihat dengan sebelah mata.
Dibidang Tehnologi Tinggi, Indonesia punya Prof. BJ Habibie, yang memiliki ribuan kader berkompetensi global. Juga kita Punya sang Profesor Muda bernama Yohannes Surya yang telah membuktikan kehandalannya mencetak pelajar juara kelas dunia. Selain nama-nama di atas, sesungguhnya Indonesia memiliki putra-putri terbaik lainnya yang pikiran dan tindakannya telah berkotribusi bagi peradaban dunia, namun akan terlalu panjang bila dipaparkan seluruhnya dalam buku ini .

Memaparkan semua hal ini semakin meyakinkan penulis, bahwa sukses adalah hak siapa saja. Anda dan saya bisa seperti mereka. Bila tokoh–tokoh di atas dengan tantangan di masanya yang jauh lebih sulit dari keadan kita, bisa mampu mencetak karya fenomenal berskala dunia, tentu kita (anda dan saya) yang kini hidup di zaman pembangunan yang lebih baik, tentu dan sudah seharusnya kita sekarang, lebih mampu mencetak karya prestisius yang dahsyat. Namun, jangan pernah memimpikan hal tersebut, bila anda sejak dini tidak memiliki rasa percaya diri yang kokoh bahwa anda bisa!.
So, sekali lagi pertinggilah filsafat hidup mu, ubahlah mindset mu sebagai landasan perubahan Tindakan, kebiasaan, karakter dan karya nyata atau alias Takdir.

Jadi, sekali lagi, tak ada lagi alasan bagi warga bangsa ini, untuk rendah diri, meragukan kapasitas dirinya. Jadilah sang juara kehidupan dibidang profesi terbaik anda untuk berkotribusi bagi dunia. Dengan meneladani langkah-langkah para pendahulu tersebut, Mempelajari citra dirinya yang berkelas, bangga sebagai anak manusia dan Bangsa Indonesia. Setiap kita punya kapasitas dan mampu berkarya menebar bhakti, menuai simpati serta mendapatkan pengakuan dari dunia.
Berangkat dari kesadaran tersebut, disertai dengan optimisme yang meluap-luap bahwa setiap manusia itu unik, punya kapasitas sebagai pemimpin kelas dunia, maka buku berisi kuotasi sukses, parade filsafat hidup para tokoh dan pemimpin Indonesia ini dibuat.

Kumpulan mutiara hidup yang merupakan intisari sukses dan rahasia pendakian hidup para tokoh terkemuka ini diharapkan dapat menjadi inspirasi, teladan sekaligus motivasi bagi pembaca untuk menjadi dirinya yang terhebat, yang lebih kuat, yang lebih bermanfaat dan menjadi kebanggaan dunia.

Be your self; temukan potensi khas dirimu, dan aktulisasikan keunikanmu untuk bangsa dan dunia. Inilah impian penulis.
Studi mendalam penulis atas kuotasi sukses para pemimpin dunia menunjukkan, bahwa Mutiara-mutiara sukses, filsafat hidup para warga bangsa khususnya para pemimpin Indonesia terkemuka tak kalah kualitasnya dibanding pemimpin bangsa lainnya. Malah dalam beberapa hal dan segi, kuotasi sukses pemimpin Indonesia berada diatas kualitas motivator bangsa lainnya. Jika kemudian, dunia hari ini belum banyak memberitakan kehebatan kualitas pikiran dan tindakan warga Indonesia tersebut, dapat dipastikan bahwa hal tersebut hanya berkaitan dengan kuantitas orang-orang Indonesia yang sukses -bukan pada kualitasnya- serta minimnya promosi. Dengan keyakinan tersebut, rencana dan mimpi bersama untuk menjadikan Indonesia menjadi salah satu bangsa pemimpin peradaban dunia, bukan sesuatu yang mustahil. Jalan menuju hal tersebut senantiasa terbuka lebar. Yang pasti peta jalan membangun Indonesia jaya dan berkelas dunia, sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas kontribusi warga bangsa Ini. Indonesia memerlukan ribuan kader bangsa sekaliber Habibie, Bung Karno, Bung Hatta, SBY, Gus Dur, Bung Harto, Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William, Yohannes Surya, Caknur dan lain-lain.
Langkah untuk mencetak tokoh-tokoh hebat tersebut tentu saja membutuhkan wadah kawah Candradimuka seperti Gontor, Taruna Nusantara, Astra Internasional, Bakrie Brother dan organisasi bisnis dan pendidikan berfikir global lainnya. “Tancapkanlah cita-citamu setinggi langit akan tetapi jangan lupakan di mana kakimu berpijak”.

Buku di tangan pembaca ini merupakan kuotasi para pemimpin terbaik Indonesia yang telah diterapkan dan atau berhasil mengangkat taraf hidup pengucapnya (narasumber) serta para pengikutnya hingga mampu membuahkan karya fenomenal yang membanggakan diri, keluarga, komunitas dan bahkan bangsanya. Ambillah kebenaran itu darimanapun asalnya, dan terapkanlah dalam kehidupan nyatamu untuk mampu menciptakan karya bernilai tambah tinggi.

Manusia seringkali terjerembab, dengan hanya melihat dan mengagumi karya dan filsafat hidup bangsa lain yang belum tentu relevan dan kontesktual dengan realitas sosial di lingkungan kita berpijak dan berkarya, sementara filsafat hidup para pemimpin kita yang justru berada di beranda rumah kehidupannya diabaikan dan disia-siakan. Rumput tetangga memang sering kali lebih hijau daripada rumput di pekarangan rumah sendiri.
Temuan terbaru dibidang pengembangan diri, organisasi mengatakan, bahwa alat atau tool terbaik untuk mengembangkan diri, keluarga, organisasi, bangkan suatu bangsa sesungguhnya ada dan tersedia sumberdayanya pada pribadi, keluarga, organisasi dan bangsa tersebut. Diri dan anggota organisasi kitalah yang lebih mengenal siapa diri dan organisasi kita, bukan orang lain. Jadi sekali lagi, Buku ini juga menegaskan bahwa modal dan potensi sukses berkelas dunia itu ada di dalam diri kita. Benang merah setiap kesuksesan itu ada di sekitar kita duduk dan bekerja sehari-hari, meskipun tampak sangat halus dan membutuhkan kerja keras dan serius untuk menggalinya, mengumpulkannya dan menjahitnya menjadi kumpulan benang-benang indah sebagai bahan sulaman indah bercitra rasa global.

Ambillah dengan cerdas, benang-benang kesuksesan tersebut. Buat dan rajutlah sebuah prestasi khas dan unik bercitra rasa tinggi dan sumbangkanlah bagi dunia atas namamu dan nama lembaga di mana kamu bekerja sehari-hari serta atas nama bangsamu, insya Allah anda akan sukses dan bahagia sepanjang masa.

Buku ini sejatinya dimaksudkan khusus menginventasir pemikir-pemikir asal bangsa Indonesia yang terbukti sukses dalam kehidupannya. Namun dengan maksud memberikan pembaca peta perbandingan kualitas isu dan tema yang disuarakan oleh para pemimpin dan warga bangsa ini, maka penulis juga memasukkan quotasi sukses para pemimpin terkenal dunia.

Faktanya memang sulit membedakan mana produk kuotasi sukses khas dan genuine bangsa sendiri dan mana yang merupakan adaptasi, terjemahan atau pinjaman dari bangsa dan pemimpin dunia lainnya. Apalagi penulis juga menemukan, beberapa kata mutiara atau quotasi sukses baik diperkenalkan pemimpin dunia maupun pemimpin Indonesia umumnya dipengaruhi oleh agama–agama besar di dunia dan para nabi. Dengan demikian, kategorisasi dan pengelompokan tersebut tidak menjadi masalah bagi kita. Meskipun demikian, penulis telah bekerja keras untuk menggali potensi khas lokal dan nasional -sebuah upaya untuk mengenalkan kekayaan peradaban bangsa ini- dipentas global.

Melalui buku ini juga penulis berharap agar para pemimpin dan tokoh bangsa mulai menyadari pentingnya memproduksi isu-isu dan kuotasi khas lokal dan nasional yang menjadi kekayaan bangsa (intangible asset) yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Etos kreativitas semacam ini hemat penulis akan ikut memperkaya etos dan budaya bangsa sehingga adaftasi kita terhadap globalisasi dapat dikontekstualisasikan dengan budaya kearifan lokal.
Bila hal ini gagal dilakukan oleh pemimpin bangsa dan guru bangsa, jangan heran bila kita kelak menjadi asing di mata generasi muda kita khususnya generasi Y yang sejak dini telah menjadi warga global akibat dari pengaruh perkembangan tehnologi informasi.
Tentu hal ini tidak dimaksudkan sebagai antitesa terhadap globalisasi, karena hal itu mustahil, tetapi lebih dimaksudkan untuk menemukan relevansinya bagi kehidupan sosial budaya bangsa ini.
Nah, adalah tugas pembaca untuk menilai kualitas isu dan kehebatan pengaruhnya kuotasi yang disajikan dalam buku ini (baik kuotasi sukses khas bangsa Indonesia maupun kuotasi sukses pemimpin dunia lainnya) yang jauh lebih penting daripada semua itu adalah penerapannya bagi kesuksesan pribadi warga bangsa ini sebagai prasyarat bagi kesuksesan bangsa.

Sekali lagi, pikiran atau kata mutiara sukses, hanya akan menjadi slogan kosong tanpa kemampuan kita untuk menerapkannya bagi kesuksesan pribadi dan organisasi kita. Karena itu pesan terbaik penulis adalah, pilah pilihlah diantara kumpulan mutiara sukses tersebut, untuk menjadi filsafat sukses pribadi anda, dan segeralah menerapkannya dalam diri anda sebagai bekal sukses menjadi warga terbaik dunia.

Ibarat kata pepatah sukses, jika ingin melihat diri menjadi pemimpin dunia yang hebat, maka langkah pertama adalah pertinggilah filsafat hidupmu. Ubahlah pemikiran dan tindakanmu lalu kebiasaanmu akan berubah dengan sendirinya. Dan output dari perubahan kebiasaan tersebut adalah terjadinya perubahan karakter dan nasib.
Insya Allah dengan pertolongan Allah, pembaca dan kami akan menjadi warga kelas dunia yang mampu berkontribusi bagi kebangkitan bangsa dan peradaban dunia.

Buku ini merupakan langkah awal penulis untuk memperkenalkan kekayaan khas bangsa Indonesia bagi dunia internasional. Harapan penulis, kontribusi dan kritik konstruktif pembaca dapat disampaikan kepada penulis untuk memperkaya kualitas buku ini. Melalui buku ini pula, secara khusus penulis memohon kesediaan pembaca untuk berkenan mengirimkan kuotasi sukses pribadi dan kenalannya untuk penyempurnaan buku ini pada edisi revisi mendatang.

Insya Allah pada edisi mendatang, masukan-masukan dan saran pembaca akan kita jadikan referensi pada penerbitan edisi mendatang. Jika memungkinkan pada edisi mendatang secara khusus akan kita terbitkan pula qoutasi sukses anak-anak bangsa yang memiliki prestasi nasional dan menjadi leading inspirator bagi lingkungannya.

Akhirnya, hanya bila kita mampu memberikan sebuah kontribusi terbaik bagi diri, keluarga, komunitas, bangsa dan dunia, maka hidup kita akan bermakna dan mengabadi.
Penulis dapat dihubungi melalui email: dhismail_msi@yahoo.com atau menghubungi via sms HP. 081616 46-71. Selamat membaca dan salam suskes untuk anda. Hanya jika kita sukses secara pribadi, maka Indonesia bisa menjadi pemimpin dunia.

Graha Visi Aulia, Bona Pisangan, April 2010
DH.Ismail Sitanggang, M.Si
Pengusaha, dan Penulis Buku Rahasia Sukses Para Juara dan Etos bisnis Tiada Merugi.


NB. Buku masih dalam proses editing dan Penyempurnaan. Insya Allah Mei akan terbit dan bisa pembaca dpt kan diberbagai tokoh buku. Jika Pembaca Punya ide, saran, serta sumber Quotasi Sukses dari tokoh impian dan idolanya serta karikatur terbaik, silahkan dikirim via penulis melalui alamat diatas. Setiap nara sumber, dan pengirim akan disebutkan namanya dalam buku ini. Kontributor akan mendapatkan diskount khusus dan atau buku gratis tergantung kontribusinya.

Baca selengkapnya......

Selasa, 20 April 2010

Pengantar Buku Etos Bisnis Tiada Merugi

Aburizal Bakrie dinobatkan oleh majalah Fortune sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia”. Demikian headline hampir seluruh media massa nasional di Indonesia suatu hari. Berita menghebohkan tersebut tentu saja segera mengundang reaksi dan komentar dari berbagai kalangan. Wapres RI (ketika itu) M. Jusuf Kalla pun diminta memberi komentar. Sebagaimana umumnya komentar, tentu ada yang miring dan ada yang positif. Umumnya mereka yang berkomentar miring dan sinis mengaitkan lonjakan kekayaan signifikan Abu Rizal Bakrie di atas dengan berbagai jabatan Abu Rizal Bakrie di pemerintahan, hingga kasus lumpur panas Lapindo yang tengah dihadapi salah satu anak perusahaannya di Jawa Timur.
Sementara mereka yang berkomentar positif mengkaitkan keberhasilan Abu Rizal sebagai orang terkaya nomor 1 di negeri ini dengan berbagai prestasi Fenomenalnya sehingga patut dijadikan inspirasi dan teladan. Bagi mereka ini, keberhasilannya tersebut pastilah buah dari kerja keras dan cerdas serta pengalaman berbisnis selama puluhan tahun dan bahkan warisan genetika (turun–temurun.Akumulasi pengalaman dan jam terbang panjangnya sebagai pengusaha lah yang telah memupuk kemampuan Abu Rizal Bakrie dalam menghasilkan uang dan mengelolanya melebihi kemampuan pengusaha lain, sehingga ia menjadi pengusaha terkaya. Wapres Jusuf Kalla sendiri yang juga berlatar belakang pengusaha termasuk dalam kelompok kedua ini, dimana secara terbuka ia mengatakan kepada publik, apresiasi dan kebanggaannya atas prestasi tersebut, karena baru kali ini ada seorang pengusaha pribumi yang berhasil menjadi orang terkaya di negeri ini –sejak republik ini berdiri, tegasnya.
Kisah nyata di atas, perlu penulis angkat kembali dalam pengantar buku ini untuk menjelaskan sekaligus meluruskan salah satu mindset dan deviasi sukses yang berkembang di masyarakat.
Sebagian besar masyarakat kita masih memiliki mindset, sikap, mental dan cara pandang negatif dalam melihat keberhasilan orang lain. Sebuah mindset berpikir, dan atau etos ekonomi yang keliru dan tidak cocok untuk mendukung pertumbuhan orang-orang sukses dan kaya di negeri ini.
Kenapa? Bukankah mengambil kesimpulan secara keliru dan serampangan mengambil kesimpulan jalan pintas menunjukkan citra diri kita sebagai bangsa yang “malas” mengurai masalah secara lebih mendetail? Bukankah sifat ” cemburu” atas kesuksesan orang lain menunjukkan citra diri yang tidak positif dan bahkan dapat disebutkan sebagai cerminan ekspressi rendah diri, minder dan tidak kreatif dalam berfikir serta bertindak sehingga selalu memandang rendah sumber daya manusia bangsa sendiri? Lebih fatal lagi adalah - dengan sikap negatif dalam memandang prestasi seseorang membuat kita menutup diri terhadap informasi dan strategi baru yang mungkin dapat kita terapkan dan teladani untuk mendongkrak etos kesuksesan kita dengan meniru sang pegnusaha sukses tersebut?
Padahal hanya dengan membuka pikiran saja, maka semua ilmu dan strategi baru tersebut dapat dipelajari. Bukan malah sebaliknya, dengan cara menutup diri dan atau menjustifikasi ketidakmampuan kita dengan menghukum orang lain yang belum tentu bersalah.
Sebagai pengusaha dan motivator, tentu saja penulis lebih percaya dengan argumen kelompok yang kedua, bahwa kesuksesan dan kekayaan seseorang sangat tergantung pada kebiasaan seseorang dalam bekerja, berfikir dan berperilaku, termasuk dalam mengelola waktu dan kekayaan secara cerdas (Kecerdasan Finansial). Setiap kesuksesan pastilah merupakan ekspressi keyakinan diri sekaligus cerminan nilai kepribadian seseorang.
Kita ambil contoh Abu Rizal Bakrie. Sebagai seorang pengusaha yang lahir dari keluarga pengusaha, Abu Rizal Bakrie sangat wajar mendapatkan dan mewarisi harta sebanyak itu karena ia telah mewarisi genetika entrepreneurship. Apalagi, sebagaimana diketahui, Abu Rizal Bakrie adalah seorang yang cerdas dan juga seorang pekerja keras yang membina karier sebagai pengusaha mulai dari level terendah pula. Dan yang lebih hebat lagi ia percaya rumus kesuksesan dengan membangun fondasi bisnis berbasis manajemen terbaik serta sumber daya terbaik. Tak mengherankan jika tokoh ini selalu merekrut dan mempekerjakan orang-orang terbaik di grup usahanya dan bahkan merasa perlu untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah terbaik di dunia.
Dengan etos kerja semacam itu, lepas dari masalah yang berkaitan dengan anak perusahaannya-dan apalagi secara hukum telah dinyatakan tidak bersalah, pada dasarnya Abu Rizal Bakrie dapat dikategorikan sebagai educated entrepreneur terkemuka negeri ini yang patut dijadikan guru dan inspirator sukses bagi masyarakat terutama kaum pengusaha mudanya. Diktum ajaran kesuksesan mengatakan, cara belajar yang terbaik adalah meniru kesuksesan orang yang terbukti berhasil dibidangnya masing-masing, sebaliknya jangan belajar kepada mereka yang bukan ahli, bukan pemenang sejati, apalagi para pecundang yang sok tahu segala hal tetapi minus prestasi nyata.
Nah untuk menguji asumsi dan keyakinan penulis tersebut, sesaat setelah membaca berita tersebut segera saja penulis searching di internet dan melihat kembali daftar panjang riwayat wirausaha Abu Rizal Bakrie. Nah di sanalah penulis menemukan bagaimana roadmap to success atau suka duka sang konglomerat ini membangun usahanya, termasuk kesabarannya membina karier secara bertahap dan berjenjang di organisasi PII, HIPMI dan KADIN bahkan organisasi bisnis lintas negara. Dengan menjadi Ketua KADIN saja, apalagi selama dua periode plus berhasil membangun organisasi usaha tersebut menjadi salah satu actor penting dalam penentu kebijakan ekonomi di Indonesia dan last but not least kecerdasan tokoh ini menginvestasikan kekayaannya diberbagai instrument financial modern, semakin menguatkan reputasi Abu Rizal sebagai seorang pengusaha Par Excellent yang dimiliki negeri ini.
Hijrahnya tokoh ini kepanggung politik tak lebih dari upaya nya untuk mengabdi untuk bangsa atau meminjam istilah Tedi Rachmat menjadi kaya bersama demi kemajuan bangsa. Akumulasi pergulatan membangun usahanya tersebut semakin meneguhkan keyakinan penulis betapa dahsyatnya pengaruh kebiasaan hidup posisitif-produktif dalam menunjang kualitas kesuksesan seseorang di bidang apa saja. Singkat kata, jika mau menjadi pengusaha sukses dan kaya, belajarlah dari yang terbaik, ubahlah kebiasaan Anda dalam bekerja dan asahlah kecerdasan financial Anda termasuk diantaranya mengelola kekayaan Anda selaras dengan trend perkembangan bisnis financial (mengelola Bisnis dengan konsep tiada merugi). Inilah inti buku ini.

Semuanya bermula dari NIAT Mengubah Kebiasaan
Kebiasaan memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Setiap orang dalam kehidupannya pastilah digerakkan oleh kebiasaannya. Seorang ekonom peraih hadiah nobel di bidang ekonomi bahkan dianugerahi penghargaan bergengsi tersebut atas temuannya soal kesimpulan ini. Menurutnya, mayoritas tindakan manusia dilandasi faktor emosional ketimbang rasional. Emosi seseorang biasanya dikaitkan dengan isyarat pikiran alam bawah sadarnya, sedangkan rasionalitas biasanya dikaitkan dengan pikiran sadar manusia. Nah, karena umumnya manusia harus bertindak dan mengambil keputusan dengan cepat di tengah tumpukan pekerjaannya, maka manusia umumnya bertindak atas arahan alam pikiran bawah sadarnya. Karena itu, anjuran para guru sukses, jika Anda ingin mengubah kebiasaan Anda, maka langkah utama dan pertama yang harus dilakukan adalah mengubah alam pikiran bawah sadar Anda terlebih dahulu dengan cara menginstall ulang (reinstall atau recode). Pendapat senada disampaikan oleh Stephen R. Covey yang menulis buku 7 Kebiasaan Manusia Efektif dan Dr. Ibrahim Hamd Al-Quayyid, penulis uku 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas. Lihat, judul kedua buku best seller tersebut menegaskan pentingnya kebiasaan.

Tiga Unsur Kebiasaan
Menurut Dr. Ibrahim Hamd Al-Quayyid, kebiasaan terdiri dari tiga unsur yang berpadu dalam sebuah perbuatan. Pertama, pengetahuan yang bersifat teoritis mengenai sesuatu yang ingin dikerjakan. Kedua, keinginan, yaitu adanya motivasi atau kecenderungan untuk melakukan sesuatu.
Ketiga, keahlian, yaitu kemampuan atau kesanggupan untuk melakukannya. Bisa dibayangkan kualitas kinerja seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang bisnis yang dijalani, keahlian handal dan motivasi superior, serta gairah kerja yang membara. Kinerjanya pastilah super efektif dan efesien. Produktivitas itulah yang sesungguhnya membuahkan prestasi kekayaan. Apalagi jika ketiga hal tersebut didukung oleh pesona etika serta menyelaraskannya dengan misi pribadi (spritualitasnya), pastilah selain sukses, kaya, ia juga akan bahagia. Anda tentu sudah membaca pandangan Stephen R. Covey dalam magnum opus-nya yang menjelaskan 7 kebiasaan produktif untuk menjadi manusia super efektif, yaitu :
Jadilah proaktif.
Mulai dengan tujuan akhir.
Dahulukan yang utama.
Berfikir menang - menang.
Berusaha mengerti dahulu, baru dimengerti.
Wujudkan sinergi.
Asahlah Gergaji .
Dalam buku berikutnya, tokoh ini menambah 1 kebiasaan baru, kebiasaan ke-8, yaitu menemukan suara panggilan jiwa Anda dan mengilhami orang lain untuk menemukan suara kemerdekaan jiwa mereka. Dalam penafsiran bebas penulis, melalui penambahan satu kebiasaan baru ini, motivator terkemuka dunia ini telah memasukkan pentingnya membangun sukses berbasis hati nurani (spritualitas), suatu unsur terpenting dalam diri manusia yang selama ini relative terabaikan dalam bangunan kesuksesan ala Barat. Karena itu, dengan penerapan 8 kebiasaan ini, Stephen Covey menjanjikan seseorang tak hanya efektif dan sukses dalam hidupnya, tetapi juga akan sukses dan bahagia atau —meminjam istilahnya sendiri— melampaui efektivitas menggapai keagungan.
Pandangan senada disampaikan oleh Dr. Ibrahim Hamd Al-Quayyid. Menurutnya, kesuksesan seorang manusia, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya, sangat tergantung pada tiga aspek utama yang terdapat dalam kepribadiannya, yaitu pandangan hidup (visi), keahlian dan hubungan dengan sesama manusia. ”Inilah kerangka umum setiap kesuksesan,” tegasnya. Dari ketiga aspek pandangan hidup (visi) lahirlah empat macam kebiasaan, yaitu: Berusaha untuk mencapai keunggulan, Menentukan Tujuan, Membuat Rencana dan Menyusun Prioritas. Dari aspek keahlian, lahir 3 macam kebiasaan, yaitu: Fokus, Manajemen waktu dan Berjuang melawan diri sendiri. Dari aspek hubungan dengan sesama manusia, muncul berbagai kebiasaan, yaitu : Kepiawaian berkomunikasi, Berfikir Positif dan Seimbang. Nah berdasarkan kerangka umum tersebutlah tokoh ini kemudian menyimpulkan ada 10 kebiasaan yang membuat manusia sukses tanpa batas.
Setelah kita membaca panjang-lebar soal kerangka umum kesuksesan dan langkah-langkah kebiasaan yang efektif menuju penciptaan kinerja unggul, maka selanjutnya kita akan masuki pembahasan inti buku ini: apa kebiasaan yang membuat seseorang menjadi kaya?
Menurut sejumlah data, informasi, dan hasil riset sejumlah ahli, ada banyak kebiasaan produktif yang bisa membuat orang kaya-raya, salah satu diantaranya adalah terkait dengan kecerdasan finansial yang menjadi inti profesi kewirausahaan dan investas. Jadi jika disederhanakan, kerangka umum kesuksesan akan mengantarkan seseorang pada kehidupan unggul diatas rata-rata karena telah berhasil menciptakan nilai tambah dalam dirinya. Namun untuk menjadi kaya ia harus cerdas melipatgandakan nilai tambah tersebut dengan etos bisnis tiada merugi. Ibarat dua sisi dari mata uang, maka kinerja unggul sebagai prasyarat penciptaan nilai tambah adalah satu sisi dari mata uang dan sisi lainnya adalah keharusan untuk melipatgandaan nilai tambah tersebut dengan faktor kali.
Namun, harap pembaca bersabar terlebih dahulu. Sebelum lebih jauh membahas tema yang sangat menarik tersebut, ada baiknya kita mulai kajian ini dengan memahami terlebih dahulu perspektif lain tentang kerangka umum kesuksesan menurut beberapa tokoh terkemuka, dan lihatlah serta amati dengan cermat benang merah pendapat para tokoh tersebut. Hal ini penting, agar menjadi kaya atau kekayaan menjadi rahmat bagi hidup Anda dan lingkungan Anda, bukan sebaliknya. Apalah arti sebuah kekayaan jika kekayaan tersebut tidak membahagiakan diri kita dan tidak mengantarkan kita ke surga, bukan? Oke. Kita lanjutkan dahulu pembahasan kita tentang kerangka kesuksesan lainnya dengan melihat potret kehidupan sebuah ras atau bangsa, yang konon menjadi ikon globalisasi. Temukan dalam pengkajian ini: apakah kesuksesan mereka membuahkan kebahagian —citra positif di mata bangsa lain?
Bangsa atau ras Yahudi adalah ras yang paling memiliki rasa percaya diri sebagai “wakil Tuhan”, bangsa “pilihan Tuhan”, bangsa paling cerdas dan makhluk superior di antara makhluk lainnya di muka bumi ini. Konon, dalam rangka mempertahankan citra dan reputasinya sebagai ras terbaik di muka bumi, masyarakat Yahudi melakukan berbagai upaya yang penulis sebut dengan istilah “rekayasa sukses”. Apa jenis rekayasa yang dilakukan etnis ini dan bagaimana pandangannya tentang pengaruh gen dan lingkungan dalam membentuk kesuksesan etnisnya? Guna melacak rahasia kecerdasan Yahudi, Charles Murray, penulis buku The Bell Curve, menyelidiki Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam riset tersebut ditemukanlah sebuah rahasia besar bahwa, faktor penyebab kecerdasan Yahudi adalah unsur genetika, bukan faktor lingkungan. Menurutnya, secara genetika, faktor darah atau keturunan selama berabad-abad telah menyeleksi pasangan hidup dan menggabungkan berbagai gen untuk menghasilkan anak yang cerdas. Namun Pendapat lain dikemukan oleh Howard Metzenberg. Menurutnya, kaum Yahudi sudah lama menjadi kalangan paling melek bacaan di muka bumi serta mempunyai tradisi saling menyebarkan bacaan dan saling belajar di antara mereka. Merawat tradisi dan kebebasan intelektualisme bahkan telah mentradisi sejak di rumah tangga melalui pola asuh keluarga yang positif. Mereka tidak mau melakukan pekerjaaan yang sia-sia, dan menjadikan tradisi diskusi dan beradu pendapat sebagai gaya hidup kaum Yahudi. Tidak ada orang lain yang mengembangkan budaya seperti itu selain bangsa Yahudi, tegas tokoh ini.
Pendapat Howard Metzenberg di atas juga diamini Dr. Marian Diamond dari University of California. Menurut riset Dr. Marian Diamond, sekitar awal tahun 1980-an, lingkungan adalah pengaruh terbesar terhadap tingkat kecerdasan yang luar biasa. Dr. Diamond meyakini bahwa manusia bisa meningkatkan kecerdasan dengan menstimulasi otak. “Budaya membaca, berdiskusi dan belajar adalah stimulasi yang dibutuhkan oleh kaum Yahudi untuk meningkatkan kecerdasan mereka. Dan adalah fakta bahwa kecerdasan Yahudi bergantung pada berapa banyak waktu belajar yang berkualitas yang disediakan oleh orangtua mereka pada tiga tahun pertama pertumbuhan anak–anak mereka. Selain itu, kaum Yahudi juga percaya bahwa daya tahan hidup mereka sangat tergantung pada kecerdasan mereka,” tegas tokoh ini (Lebih jauh tentang hal ini lihat A. Maheswara:2008).
Dari paparan di atas, menjadi jelas, bahwa sukses Yahudi menjadi pemimpin dunia di berbagai bidang seperti intelektual, entrepreneurship, dan bahkan di bidang ekonomi, tak lepas dari upaya kerja keras komunitas ini selama berabad-abad dalam melakukan serangkaian “rekayasa sukses”. Melalui serentetan kerja keras dan kerja cerdas tersebut diatas, juga dengan jaringan kerja sama solid dan terorganisir antara kaum Yahudi dimuka bumi, dimana mereka ”bertanggung-renteng” dalam menjaga superioritas mereka untuk mempertahankan tujuh kunci kesuksesan Yahudi sebagai berikut :
1. Memahami bahwa pengetahuan adalah kekayaan yang paling nyata.
2. Jaga dirimu sendiri dan mereka akan menjagamu.
3. Orang-orang yang sukses adalah kalangan professional.
4. Kembangkan kepercayaan dirimu.
5. Selektif.
6. Banggalah jadi diri sendiri, tingkatkan kreativitas.
7. Buktikanlah sesuatu.
Demikianlah cara komunitas atau ras ini mempertahankan citra dirinya sebagai ras yang sangat unggul di muka bumi. Apa out putnya? Tak perlu diragukan lagi, dalam setiap sejuta penduduk mereka memiliki ribuan Doktor. Angka ini mengalahkan negara mana pun di dunia. Dan bahkan kebanyakan hadiah Nobel diboyong oleh orang-orang Yahudi, menunjukkan citra diri mereka sebagai bangsa yang paling cerdas secara intelektual.
Namun, diatas segalanya- yang juga patut dipertanyakan adalah di manakah nurani ras atau bangsa tersebut ketika secara membabi-buta menghabisi bangsa Palestina? Di mana nurani dan kejeniusan mereka ketika membunuh ibu-ibu dan anak tak berdosa selama ekspansi militernya menghujani penduduk sipil dengan bom mengandung posport? Nah, di sinilah potret kesuksesan dengan menghalalkan segala cara menemui kritiknya?

Manusia Menghajatkan tuntunan dan Menjaga Keseimbangan Itu Penting
Kemajuan peradaban manusia kini mulai menemu-kenali betapa IQ, EQ dan SQ sebagai tiga unsur utama kemanusiaan yang harus berjalan berkelindan dalam pembentukan insan kamil (insan paripurna). Dengan temuan terbaru di bidang SQ, muncul semacam konsensus bahwa kesuksesan yang ideal tersebut tidak boleh menafikan peranan kecerdasan spiritual. Fakta membuktikan, banyak pribadi-pribadi hebat secara IQ dan juga miliuner dunia yang melakukan tindakan bodoh hingga bunuh diri karena kekeringan spiritual. Pada tataran ini lah kemudian muncul temuan baru bahwa untuk menjalani hidup yang paripurna, manusia niscaya membutuhkan tuntunan hidayah. Melalui tuntunan hidayah inilah nurani manusia diberdayakan agar dapat mengendalikan diri akal dan nafsu sehingga kinerja manusia tetap berjalan seimbang dan membuahkan kebermanfaatan bagi semesta alam.
Secara akal sehat saja, etos menjalani hidup secara seimbang antara akal, kalbu dan nafsu sesungguhnya dapat dengan mudah dicerna. Karena penciptaan manusia memang berbeda dengan binatang. Salah satu pembeda itu yang jarang diketahui oleh kaum sekuler adalah soal adanya unsur ruh dalam diri manusia. Unsur inilah yang sudah lama hilang dari konstruksi kesuksesan khas barat. Tak heran, jika kemudian, kemajuan peradaban barat seringkali berdasarkan kesuksesan material an sich. Manusia mereka defenisikan sebagai binatang berfikir dan mahluk ekonomi. Padahal meskipun manusia berperilaku bejat sekalipun, naturnya tetap saja manusia bukan hewan. Nah, perbedaan cara pandang inilah membuat terjadinya dikotomi sukses antara Barat Sekuler dan Timur yang umumnya sangat religius.
Hemat penulis, hanya melalui literatur ilmu agamalah, manusia mengetahui adanya unsur ruh sebagai unsur utama penciptaan manusia. Dalam kaitan inilah kiranya relevan untuk mengutip pendapat Dr. Abdul Mujib. Menurut psikolog muslim ini, seorang muslim disebut sukses otentik hanya apabila ia mampu menerapkan etos “fitrah islami” dalam kehidupannya.
Menurut Abdul Mujib, dasar pemikiran jumlah persentasi tersebut adalah tiga hal berikut. Pertama, kepribadian dalam perspektif Islam merupakan integrasi sistem kalbu, akal dan nafsu, sehingga masing-masing sistem tersebut memberikan dayanya dalam mewujudkan sistem kepribadian Islami. Kedua, Setiap sistem tersebut memiliki nature yang unik, yang suatu saat dapat bekerja sama, tetapi di saat yang lain saling berebut dan mewujudkan kepribadian. Pemenang dari perebutan itu sangat ditentukan oleh seberapa banyak daya yang diberikan. Sistem yang terbanyak memberikan dayanya akan dapat mendominasi suatu kepribadian. Ketiga, jumlah persentasi diperkirakan menurut banyak-sedikitnya daya yang dikeluarkan oleh masing-masing sistem nafsani dalam mewujudkan kepribadian. Abdul Mujib melandaskan teori tersebut pada ayat Al-Quran berikut ini: “Wa min hum dhalimun linafsihi wa min hum muqtasidun wa min hum sabiqun bil khairi“. Artinya, “Maka diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri (zalim terhadap diri sendiri), ada pula yang di tengah-tengah dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebajikan” (QS Fathir: 32).
Pandangan senada dikemukakan oleh para pakar pengembangan diri dan kepemimpinan lainnya seperti : Andrias Harefa, I Gde Ary Suta, dari penganut agama yang berbeda (non muslim) sebagaimana dijelaskan berikut ini. “Yang membedakan Anda dengan binatang adalah tiga keunikan berikut : akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Dan tiga keunikan tersebut adalah modal dasar seorang pemimpin sejati. Tanpa salah satu dari ketiga hal tersebut Anda bukan manusia utuh. Tanpa salah satu dari keunikan tersebut Anda menjadi manusia cacat,” kata Andrias Harefa. Sementara menurut I Gde Ary Suta, seorang manusia hanya akan sukses dan bahagia jika ia mampu membagi waktunya sepertiga untuk Tuhan, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga untuk orang lain (sosial). (Penjelasan lebih jauh tentang pendapat tokoh ini dapat dilihat dalam buku penulis rahasia sukses para Juara, Khalifa- Pustaka Al kausar Group 2009).
Paparan semua pakar terkemuka di atas menegaskan bahwa kunci kesuksesan sejati dan kebahagiaan paripurna terletak pada kemampuan kita menjaga harmoni dan keseimbangan antara ketiganya. Inilah fitrah kita, yang demikian itulah ajaran semua agama, serta teladan para nabi.
Penekanan ini menjadi penting terutama di saat kita sedang dilanda oleh kebudayaan materialisme yang demikian kuat yang berujung pada “penuhanan materi”. Tentu kita tidak mau menjadi korban limbah kebudayaan Barat ini, kebudayaan yang justru kini mulai mereka tinggalkan. Sebaliknya kita juga tidak mau terjebak pada deviasi kebudayaan Timur yang antimateri dan bersiteguh dengan “jalan spiritual palsu”, ialah bahwa karena Tuhan sendiri telah menghalalkan sesuatu yang halal berupa materi dan kenikmatan dunia, kenapa pula kita mengharamkannya? Intinya adalah keseimbangan hidup antara duniawi dan ukhrowi. Dalam kaitan itu, penggunaan akal, hati, dan nafsu secara seimbang adalah jalan lurus dan terbaik menuju kesuksesan. “Hidup adalah anugerah tak ternilai. Kita menghabiskan bagian yang cukup besar dalam hidup kita dalam bentuk pekerjaan. Karenanya perlu bagi kita untuk memastikan kalau pekerjaan itu mulia dan bermakna dan selaras dengan misi pribadi hidup kita. Visi patut berfungsi sebagai pemberi energi —sesuatu yang mampu membuat semua orang bergairah dan termotivasi. Bukankah kerja adalah cinta dalam bentuk nyata?” tegas Azim Jamal, penulis buku Corporate Sufi.
Kesimpulan ini selaras dengan temuan ilmiah dari pakar sukses dari Harvard University yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional dan spiritual menyumbangkan sekitar 80% terhadap kesuksesan individu dan hanya 20% yang merupakan sumbangan perpaduan dari akal dan keterampilan. Tentu saja seluruh unsur-unsur kompetensi kesuksesan tersebut harus berpadu dan terkait dengan erat. pada diri seseorang dan tidak mungkin dipisahkan. Pengertian lifeskills semacam inilah yang oleh penulis disebut sebagai tiket sukses otentik dan bekal bagi siapa saja yang ingin memasuki pusat keunggulan sukses kapan saja, dimana saja dan dalam profesi apa pun.
Poin lain yang perlu dijelaskan tentang lifeskills sukses ini adalah sentralnya pengaruh kualitas individu dalam membangun organisasi sukses. Mustahil akan lahir organisasi yang tangguh tanpa dukungan individu-individu sukses (yang siap dipimpin dan siap memimpin) atau, meminjam istilah Andreas Harefa, “individu-individu yang memanusiakan diri sendiri sebelum memimpin orang lain (memanusiakan orang lain). Pendapat senada disampaikan oleh pakar manajemen Tanri Abeng. Menurut Tanri, proses menuju puncak karier atau sukses mestilah melalui persiapan yang sangat matang, baik dari aspek kompetensi maupun aspek kepemimpinan, dan hal itu berlangsung terus-menerus, tiada henti. “Perjalanan karier seorang eksekutif hingga mencapai puncak memerlukan perjuangan yang panjang dan kadang berliku-liku. Sebuah organisasi memiliki ribuan manajer, namun hanya ada satu pucuk pimpinan. Oleh karena itu, secara profesional, eksekutif yang mencapai puncak pastilah memiliki kompetensi profesional yang terbangun melalui akumulasi proses pembelajaran dan pelatihan serta pengalaman,” tulis tokoh ini dalam bukunya Profesi Manajemen (2006).

Mengelola Hidup Sebagaimana Bisnis yang Harus Untung (Bangun Sistem)
Dengan penjelasan di atas, diasumsikan Anda telah sukses secara personal (total quality person), sudah mandiri baik secara emosional, intelektual, spiritual dan bahkan sudah bisa berkontribusi untuk orang lain dan organisasi dimana Anda berkarier. Singkatnya, fondasi hidup Anda sudah kuat. Satu-satunya persoalan yang belum Anda miliki adalah bahwa Anda belum menjadi kaya-raya secara material meskipun Anda telah memiliki jenis kekayaan yang lain. Nah, di sinilah pentingnya mengelola hidup sebagai bisnis yang harus beruntung termasuk Cerdas secara finansial. Hanya kecerdasan finansial ini yang bisa membuat Anda kaya secara alamiah. Tentu dalam bahasan ini kita abaian faktor keberuntungan seperti kaya karena dapat undian, menikah dengan putri konglomerat dan lain-lain. Namun fokus kajian kita adalah bagaimana menjadi kaya dengan cara bekerja keras dan cerdas. Inilah yang penulis sebut kaya secara alamiah dan ilmiah. Bagaimana caranya?
Sebagai pebisnis tentu Anda mengetahui, Jika Anda gagal memanage dan memaintanance pelanggan Anda, Anda akan kehilangan peluang dan keuntungan/ pemasukan. Jika pemasukan usaha lebih rendah/ kecil daripada pengeluaran dan hal ini berlangsung lama, maka bisnis Anda akan bangkrut dan tutup. Demikian juga dengan kehidupan. Jika hidup kita tidak bermanfaat bagi orang lain kita akan menjadi pengangguran. Tentang hal ini, Vincent Gaspersz menjelaskan ada lima perbedaan antara orang sukses dan orang gagal dalam mengatasi masalah sebagai berikut :
Orang sukses selalu menjadi bagian dari jawaban (solusi masalah), sedangkan orang gagal selalu menjadi bagian dari penyebab masalah.
Orang sukses selalu melihat atau menemukan jawaban setiap masalah, sedangkan orang gagal selalu melihat masalah untuk setiap jawaban.
Orang sukses selalu memiliki program, sedangkan orang gagal selalu memiliki alasan (apologi/ pembenaran atas ketidakmampuannya).
Orang sukses selalu mengatakan, “Biarkan saya mengerjakan itu untuk Anda”, sedangkan orang gagal selalu mengatakan, “Itu bukan tugas saya.”
Orang sukses selalu menyatakan, “Hal itu memang sulit, tetapi itu mungkin dapat dicapai”, sedangkan orang gagal selalu menyatakan, “Hal itu memang mungkin, tetapi sangat sulit dicapai”.

Kecerdasan Finansial
Namun, meskipun kita bekerja tetapi pemasukan kita tidak lebih besar surplusnya alias tidak produktif maka sudah dapat dipastikan akan defisit. Artinya, tahapan pertama dan utama untuk menjadi kaya adalah kecerdasan mengelola pemasukan finansial- supaya pemasukan lebih besar dari pengeluaran dan keharusan untuk menabung serta menginvestasikan sebagian penghasilan dalam investasi yang bernilai tinggi dan aman. Selanjutnya berfokuslah pada apa yang dikatakan Tung Desem sebagai menggunakan faktor kali. Uang adalah alat pertukaran nilai tambah. ” Rumus untuk mendapat banyak uang adalah: added value (nilai tambah) X leverage (pendongkrak atau alat bantu yang memudahkan pencapain tujuan)”. Ada banyak hal yang bisa dijadikan leverage antara lain menurut Tung Desem Waringin adalah: RICE: Resource (sumber daya yang bisa berarti modal), Idea (gagasan), Contact (kenalan) dan Expertise (keahlian). Selain hal itu menurut penulis adalah Kreativitas, Sistem bisnis dan reputasi. Kini sedang muncul berbagai kreativitas bisnis mendapat uang tanpa uang dan modal material dengan cara menjual reputasi atau sistem bisnis. Bradley Sugars adalah salah seorang konglomerat yang telah berhasil menerapkannya di Australia.
Artinya, kemauan, kecerdasan, reputasi dalam bekerja dan membuat faktor kali merupakan prasyarat untuk kaya. Pendek kata, bekerjalah lebih banyak menggunakan otak dan gunakan faktor kali dalam bisnis Anda merupakan Rahasia Sukses para Miliarder Menciptakan Kekayaan sejati.
Bagaimana penerapan rumus sukses dan kaya tersebut? Dalam buku ini sengaja kami tulis mini biografi para pengusaha sukses yang telah menerapkannya sebagai role model sukses bagi pembaca.
Akhirnya, Buku ini tidak akan jadi terbit tanpa dukungan orang - orang terbaik dan jenius disekitar penulis. Mereka adalah: Tety Muhitoh, Psikolog Muda UI Berbakat yang juga isteri penulis, Jamal D.Rahman Sastrawan Indonesia terkemuka, Syahrul Gayo, Pengusaha Muda Berbakat, Rais Baiguna, Elfan BerlianSyah dan Solichin Syafril Selain tokoh-tokoh muda tersebut, penulis patut memberikan ungkapan terimakasih tulus kepada guru dan mentor penulis: Asep Sulaiman Sabanda, Sandiaga Uno, Muhammad Maulana, Iskandar Sembiring CFCD, Hisyam Sulaiman dari Grup Bakrie serta partner diskusi penulis Daru Indriyo, Musmulyadi, Imam Ratrioso Psi, AN. Ubaedy, Lukmah Hakim Arifin Alumni Darussalam Pos, dan Banyak tokoh muda jenius lainnya. Kami dipertemukan oleh Misi Yang sama yakni Mengelorakan spirit entrepreneurship di kalangan bangsa ini sebagai prasyarat kemakmuran bangsa. Karena itu buku ini kami dedikasikan kepada stakeholders tunas wirausaha muda & Pelaku UMKM Indonesia. Yuk, secara tanggung renteng, Kita ciptakan pengusaha Sukses dinegeri ini. Secara khusus buku ini penulis persembahkan kepada putra-putri penulis Muhammad Yusuf Akbar, Dhiya Aulia Hanifah serta Achmad Soelaiman Avecenna yang terus mendukung ayahandanya berkarya sepanjang hayat di kandung Badan. Akhirnya, Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin menjadi orang kaya secara bermartabat.

Baca selengkapnya......