DH. Ismail Sitanggang, M.Si, Direktur Visi Aulia Jaya Group, perusahaan yg bergerak di bidang Penerbitan, Percetakan, Event Organizer & Konsultan bisnis. Mantan Ketua Bid. Promosi Kader HMI cabang Ciputat, Ketua Dewan Predium Formasi, Pengurus Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, DPP BISMA dan pengurus KAHMI, kini dipercaya menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan Majalah CSR Review, pengurus CFCD DKI Jakarta, BKKKS Jakarta. Selain aktif mengurusi bisnis dan beragam organisasi yang diikutinya, ia juga mulai menekuni karir di bidang training motivasi dan tulis menulis. Suami dari Tety Muhithoh-Mahasiswi Pasca Sarjana UI- ini telah menulis 7 buku & puluhan buku lainnya yang ditulis bersama tim Visi Aulia Jaya dan rekan-rekan bisnisnya. Menurut Pengagum KH. Imam Zarkasyi, Achmad Bakrie, Om William ini, Indonesia akan sejahtera bila banyak pengusahanya. Untuk obsesi tersebut kini ayah tiga putra ini bersama timnya sedang bekerja keras membangun sekolah bisnis bagi tunas wirausaha muda dan UMKM. Yuk bersinergi membangun Indonesia Jaya. Kalau bukan kita siapa lagi...



Selasa, 26 Oktober 2010

Dana CSR 12- 20 Triliun Pertahun





“Apabila problem Sosial Seperti Kemiskinan dan Pengangguran Tinggi pada suatu Bangsa,maka Solusinya adalah Kewirausahaan” ( M.Yunus/Grameen Bank )

Ungkapan sang Peraih Nobel perdamaian dan Pendiri Grameen Bank diatas, masih segar di ingatan kita. Ya, Muhammad Yunus lah sang pemilik kuotasi sukses tersebut. Tokoh ini sangat otentik dengan nasehat brilian diatas. Gramen Bank–bank untuk pengemis dan kaum miskin karya fenomenalnya terbukti mampu menyihir dunia. Bahkan lebih dari itu, Yunus juga memberikan sebuah keteladanan dan makna baru tentang kesuksesan yaitu “kehebatan seseorang tidak memadai lagi dilihat dari sejauh mana kapasitas seseorang dalam menapaki tangga sukses ( Zero to Hero ), tetapi kehebatan seseorang harus dilihat dari kemampuan seseorang untuk berbagi dan menginspirasi orang lain atau membantu orang miskin menggapai impian terbaiknya”. Kita doakan kebahagiaan, dan kekuatan lahir batin senantiasa tercurah kepada sang legenda perubahan tersebut.
Singkat cerita, Kini konsep Yunus memberdayakan kaum miskin melalui kewirausahaan, banyak diadopsi diberbagai negara termasuk di Indonesia. Malah, Di zaman kepemimpinan Bill Clinton sebagai Presiden AS pun konsep Yunus pernah di terapkan.

Namun, topik kajian kita kali ini tidak akan membahas lebih jauh tentang Kepahlawanan Yunus tersebut. Yang ingin kita kaji lebih mendalam adalah soal esensi dari quotasi sukses nya. “Apabila problem Sosial Seperti Kemiskinan dan Pengangguran Tinggi pada suatu bangsa, maka Solusinya adalah Kewirausahaan”.
Quotasi brilian tersebut, kembali menari-nari dibenak penulis, ketika baru-baru ini, penulis bersama Tim Juri GKPM Award menilai perusahaan-perusahan Nasional dan MNC serta BUMN yang peduli dengan Pemberdayaan Masyarakat Miskin.

Kesempatan emas tersebut, penulis gunakan sebaik-baiknya untuk melihat lebih dekat tentang “sentuhan pemberdayaan” yang dilakukan para enterpreneur tercerahkan dibeberapa perusahaan ditanah air. Bagaimana para CDO dan para Manajer CSR perusahaan-perusahaan hebat tersebut berlomba mengukir kebajikan dalam memberdayakan orang miskin yang sarat dengan sentuhan kreativitas, sangat manusiawi sehingga berhasil guna Memandirikan orang-orang miskin ilmu, miskin harta, miskin etika dan tak sedikit juga yang miskin karena pemalas, dan beragam penyakit sosial lainnya tersebut hingga menjadi manusia mandiri serta berkarakter.
Tentu pekerjaan tersebut tidak mudah. Seorang CDO bercerita kepada penulis bagaimana ia dikejar-kejar oleh peserta binaannya sambil mengacungkan pedang, padahal sang CDO tersebut sedang bekerja keras untuk menolong atau mengangkat harkat dan martabat orang tersebut. “annasu a’dau ma Jahilu ( orang bodoh seringkali menyalahkan orang pintar karena ketidaktahuannya ) demikian ungkapan bijak berkata. Singkatnya, tugas seorang CDO dalam meningkatkan kemandirian masyarakat tidak mudah.
Namun, faktanya dengan sentuhan seorang wirausaha, yang umumnya bermental ” never Give up”, kreatif dan inovatif dalam menemukan metode-metode baru pemberdayaan masyarakat, terbukti serta berwatak pembelajar, mereka mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Banyak dunia usaha berhasil gemilang memandirikan orang miskin tersebut.
Catatan tim juri yang diketuai Tumpak Simanjuntak, menunjukkan, terbukti banyak perusahaan yang berhasil memandirikan masyarakat. Pengamatan penulis dilapangan pun mengatakan hal yang sama. Ketika, beberapa bank Nasional dan Bank Swasta telah memblack klist beberapa daerah tententu, karena gagal memenuhi kewajibannya membayar uang pinjamannya dari bank tersebut, justru dana bergulir beberapa lembaga keuangan Mikro yang merupakan CSR dunia usaha, berhasil beroperasi di kampung –kampung tersebut. Ini contoh nyata yang pernah penulis saksikan dibeberapa desa di Kalimantan. Metode memang terkadang lebih mujarab dari pada ajaran. Jadi, sangat Luar biasa sekali, kontribusi dunia usaha kita dalam mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan masyarakat.

CSR adalah Tanggung Jawab, bukan Sumbangan !
Dahulu, ketika program CSR belum menjadi budaya perusahaan, bisnis seringkali dipandang sebagai mahluk rakus dan serakah. ” Bisnis adalah entitas pencetak laba dan untung, titik !” ungkapan itu yang sering kita dengar. Namun, kini, ketika dunia usaha telah rajin berderma, trampil berbagi sukses melalui CSRnya, maka serta –merta kesan tersebut hilang dan malah sebaliknya tak sedikit dari anak-anak binaan PKBL dan CSR dunia usaha yang bermimpi untk menjadi pengusaha sukses yang dermawan. Dengan demikian, CSR tidak saja berfungsi sebagai agent pengentasan kemiskinan, tetapi juga menjadi agent transformator nilai-nilai unggul kewirausahaan.
Survey lembaga-lembaga kredibel baik nasional maupun internasional mengatakan hal serupa. Pada akhirnya, CSR terbukti memiliki implikasi positif tidak saja bagi masyarakat tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri. Tak heran di negara-negara yang telah maju tingkat peradabannya, CSR telah digunakan sebagai salah satu alasan ( preferensi) konsumen dalam membeli produk atau jasa suatu perusahaan. Masyarakat yang kritis hanya mau membeli produk perusahaan-perusahaan yang terbukti telah menjalankan CSR dengan baik.
Pendekatan keamanan atau kekuasaan dengan mengintimidasi masyarakat yang kritis -terutama mereka yang terkena dampak langsung dari akibat negatif eksplorasi Sumber daya alam telah dianggap kuno. Malah cara-cara semacam itu kini dipandang sebagai kejahatan kemanusiaan. Sebaliknya kini perusahaan akan merasa lebih bahagia dan otentik bila mampu berbagi dengan orang-orang kurang beruntung disekitarnya.
Potensi Dana CSR mencapai puluhan triliun
Suka atau tidak suka, pengaruh CSR internasional turun menyemarakkan kegiatan CSR di tanah air. Selain itu, Regulasi yang “tertunda” dari pemerintah tentang undang –undang PT yang juga mengatur CSR ( karena belum Ada PP nya ) juga ikut menyemarakkan kajian CSR. Tentu saja pengaruh lembaga-lembaga Konsultan CSR seperti CFCD, Konsorsium CSR dan lain sebagainya, tak boleh dinafikan dan last but not juga dorongan dari beberapa kementerian seperti Kemensoso, BUMN yang mewajibkan dana PKBL dan Kementerian Kehutanan serta lingkungan Hidup.

Saat ini misalnya, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, dari tanggal 21 hingga 24 Oktober menggelar acara yang bertajuk Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Expo dan Award 2010 di Jakarta Convention Center. Acara ini merupakan kelanjutan dari acara serupa pada tahun 2009 lalu dan menjadi sarana yang efektif dalam menyebarluaskan informasi mengenai kinerja dan pencapaian program-program pemberdayaan masyarakat misalnya melalui Program PNPM Mandiri.

“Potensi dana corporate social responsibility (CSR) sebenarnya dapat digunakan untuk menekan angka kemiskinan per tahun mencapai Rp 20 triliun. Dengan potensi tersebut Indonesia sebenarnya tidak perlu berutang ke luar negeri. Sayangnya dana CSR masih belum sepenuhnya dikelola secara terarah,”kata Deputi VII Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra, Sujana Royat dalam keterangannya kepada para wartawan di Jakarta Convention Center.


Menurutnya dana CSR yang bisa digalang dari swasta yaitu sebanyak 700 perusahaan swasta, selain dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Untuk BUMN sudah kami tetapkan besarnya CSR 5 persen dari keuntungan, sementara untuk swasta persentasenya tidak ditentukan tetapi sudah diwajibkan menyisihkan sebagian laba untuk CSR,” jelasnya.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan Pelaksanaan CSR harus dipandang sebagai sebuah keniscayaan bagi dunia usaha bukan karena tekanan, tetapi karena panggilan dan konskwensi dari pilihan profesi sebagai pengusaha yang dalam catatan sejarah dikenal sebagai icon kemajuan dan agent transformator nilai. Fakta juga menunjukkan, hanya perusahaan-perusahan yang smart menjalankan peran sosial dan lingkungannya yang mampu bertahan melampaui usia pendirinya.

Akhirnya, semoga keteladanan para pengusaha dermawan yang telah menjalankan peran sosial dan lingkungannya ini dengan baik, dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk menciptakan situasi kondusif berwirausaha di Indonesia, agar setiap dunia usaha terus memiliki kapasitas memproduksi telur emasnya untuk kebaikan sebanyak mungkin orang.

Akhirnya, Selamat kepada para peraih GKPM Awards. Lanjutkan terus perjuangannya, karena “Kalau bukan kita, siapa lagi dan kalau tidak saat ini kapan lagi”. Yuk jadi pengusaha Dermawan dan Jayalah Negri kita tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar