Setelah menyeleksi kelengkapan administrasi, ketersediaan lowongan posisi diperusahaannya, dan melakukan test psikologi serta pit and propert test yang ketat akhirnya seorang bos turun langsung untuk melakukan final interview kepada calon manajer baru diperusahaannya.
" Berapa Gaji yang anda harapkan sehingga anda bisa fokus mengurusi usaha kami ini, termasuk memberikan waktu terbaikmu ketika dibutuhkan oleh perusahaan"? Tanya seorang pengusaha kepada calon manajer barunya - seorang anak muda, lulusan cumlade dari sebuah perguan tinggi elit dan juga pernah berpengalaman menjadi manajer diperusahaan lainnya.
Merasa bahwa Gaji yang diharapkan telah dituliskan dalam lamaran pekerjaannya, sang pemuda itu bingung untuk menjawab. Bukankah seharusnya sang pemilik usaha tersebut seharusnya, terlebih dahulu membaca jumlah gaji dan fasilitas yang diajukannya tersebut, sebelum membaca kelengkapan administasi yang lain, dan memanggilnya, pikirnya dengan kaca mata seorang karyawan.
" Maaf pak, kami sudah tuliskan jumlah gaji yang kami harapkan dalam lamaran kami" jawab calon manajer tersebut berkilah.
" Lho itukan gaji untuk seorang karyawan, bukan untuk manajer. Yang kami butuhkan adalah seorang manajer yang siap bekerja all out untuk kemajuan usaha ini dengan memberikan nilai tambah. Kami memerlukan ketegasan saudara: kenapa anda mengajukan jumlah gaji sebesar itu dan fasilitas sebanyak itu. Kontribusi apa yang bisa anda berikan untuk kemajuan usaha ini?". Tegasnya
Sang pemuda ini masih diam membisu.......
" 5 kali dari gaji yang anda ajukan pun dapat kami penuhi, asalkan anda bisa menyakinkan kami bahwa kontribusi anda lebih besar bagi kemajuan usaha ini-ketimbang kewajiban perusahaan untuk membayar anda " tegas sang Pemilik itu.
Sang pemuda itu diam seribu bahasa. Ia kecele. Baru kali ini ia mendapatkan big bos, setegas orang tua yang hanya tamat SLTA tersebut. Dia pikir dengar modal gelar Master yang menempel dinamanya serta deretan panjang pengalaman kerja dari satu perusahaan-keperusahaan lainnya, ia dapat mendikte sang Pemilik usaha yang tak sempat menikmati bangku kuliah tersebut.
Singkat cerita, sang calon manajer gagal menyakinkan sang Pemilik usaha tersebut karena ia tidak memahami visi dan mindset seorang pengusaha sejati dan hukum bisnis berbasis nilai tambah.
Sahabat Indonesia Yang SMART !
DIkantor anda, diperusahaan tetangga, ada ribuan bahkan jutaan karyawan bahkan manajer yang menggangap bosnya orang bodoh, bisa didekte, bisa diakali dan dieksploitasi. Barulah ketika seorang karyawan atau manajer tersebut terpaksa merintis usaha sendiri, baru dia sadar betapa hebatnya bos nya dahulu.
Kegagalan memahami visi dan mindset seorang pengusaha dan tiadanya spirit kerja sebagai ibadah dan aktualisasi diri serta ketiadaan mimpi atau cita-cita sang karyawan untuk menjadi pengusaha, merupakan penyebab rendahnya produktivitas kerja karyawan yang berimplikasi langsung terhadap rendahnya daya saing dunia usaha bangsa ini.
Mindset karyawan adalah barter waktu dengan Uang. Sementara mindset seorang pengusaha, adalah how to making sustainable profit ( membuat keuntungan perusahaan secara berkesinambungan ) dengan cara membuat nilai tambah yang indikatornya adalah produktivitas tim.
Siapapun yang bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sang pengusaha akan rela berbagi keuntungan dengan orang tersebut tanpa peduli latar belakang seseorang. Pengusaha menyadari betul bahwa usahanya hanya akan bisa bertahan dalam gelombang kompetisi hanya apabila ia dan timnya mampu membuat perusahaan bertumbuh dan membuat produk berkualitas- yang tentu saja membutuhkan tim kerja handal, tangguh, cerdas, berdedikasi serta mencintai perusahaan tersebut.
Kerja adalah Medium Pembelajaran bisnis Terbaik
Problem diatas semestinya tidak perlu terjadi, jika saja sejak awal seseorang melamar kerja disebuah perusahaan telah memiliki cita-cita untuk menjadi pengusaha ( belajar bisnis diperusahaan orang lain dan dengan modal orang lain), bukan semata-mata mencari pekerjaan ( barter waktu dan tenaga demi uang).
Seorang karyawan yang memiliki visi seorang pengusaha, ia akan jeli mengamati detail kegiatan usaha. Ia akan rajin mendokumentasikan setiap data dan fakta sebagai modal nya kelak ketika merintis usaha. Seorang karyawan bervisi wirausaha akan dapat menghargai lembar demi lembar kertas dikantornya, tetes demi tetes tinta dikantornya, melayani konsumen dengan sebaik-baiknya serta membangun networking terbaik dengan karyawan dari divisi lainnya dan last but not terus menerus meningkatkan kesempurnaan pekerjaannya untuk kesuksesan perusahaan.
Karyawan tersebut juga diam-diam akan menghitung, bahwa jumlah kontribusinya harus lebih besar daripada gaji dan fasilitas yang ia terima setiap bulannya. Singkat nya ia ingin menjadi Lebah yang memberikan madu bagi perusahaan tersebut bukan benalu yang membuat usaha bos nya bangkrut.
Bila karyawan sebuah perusahaan, kualitasnya seperti diatas, Mari bertaruh, karyawan semacam itu ketika akan mengundurkan diri dari perusahaan, maka bosnya akan menolaknya.
Namun bila tetap kekeuh untuk keluar, maka sang bosnya akan menawarkan jabatan yang lebih tinggi, atau reward yang lebih besar. Dan Bila dengan semua tawaran tersebut juga masih gagal untuk menahan sang karyawan idaman tersebut, sang Pengusaha tersebut akan rela untuk merogok koceknya dan memodali karyawannya tersebut untuk mendirikan usaha baru ( Joint bisnis ). Semoga Bermanfaat !
Komentar tntang tulisan ini lihat:
http://www.facebook.com/notes.php?id=1098793217¬es_tab=app_2347471856#!/note.php?note_id=144205988944058
Rabu, 08 September 2010
KARYAWAN BERVISI WIRAUSAHA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar